Bengkulu (ANTARA News) - Sebagian besar warga Kota Bengkulu hingga Kamis malam, masih trauma dan belum berani masuk dan tidur dalam rumah, sebagian lebih memilih memasang tenda di depan rumah masing-masing untuk mengatisipasi jika terjadinya gempa susulan. Pantauan ANTARA News di lapangan, Kamis malam, masih banyak terlihat tenda-tenda dari terpal dan plastik terpasang di halaman rumah penduduk seperti di kawasan Tanah Patah, Panorama, Tebeng dan Timur Indah. Ambia, salah seorang warga ketika ditemui lebih memilih tidur di tenda karena takut terjadi gempa susulan. "Dari pengalaman gempa tahun 2000, gempa susulan biasanya masih terus terjadi hingga satu bulan dengan kekuatan kecil dan besar," ujarnya. Ia juga khawatir saat ini kondisi rumahnya cukup parah karena dinding bagian belakang tinggal menunggu roboh karena antara sambungan satu dengan lainnya sudah terlepas. Ambia berharap kepada pemerintah daerah walaupun segera memperhatikan nasib korban gempa dan memberi bantuan biaya perbaikan rumah. "Saya berharap agar Pemda dalam menyalurkan bantuan tidak pilih kasih dan memberikan bantuan kepada seluruh rumah masyarakat yang rusak walaupun tidak sama besar," ujarnya. Sementara itu Soni, warga Kelurahan Pondok Besi Kecamatan Teluk Segara masih terlihat bertahan di daerah Air Sebakul Kecamatan Selebar yang merupakan dataran tinggi. "Rumah saya berada di pinggir pantai, karena itu untuk mencari aman jika terjadi gempa susulan atau tsunami kami sekeluarga memutuskan untuk bertahan di daerah dataran tinggi ini," ujarnya. Pernyataan Soni juga diamini oleh masyarakat lainnya yang masih bertahan di daerah tersebut. Provinsi Bengkulu yang dilanda bencana alam gempa bumi berkekuatan 7,9 Skala Richter pada Rabu (12/9) pukul 18:10 WIB masih menyisakan trauma di tengah masyarakat. Bengkulu juga pernah dilanda bencana gempa bumi pada tahun 2000 lalu dengan kekuatan 7,3 SR yang menyebabkan ratusan rumah penduduk mengalami rusak parah dan rusak ringan dan 94 orang meninggal dunia.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007