Jakarta (ANTARA News) - Perkembangan harga minyak internasional yang saat ini mencapai hampir 80 dolar AS per barel diperkirakan tidak akan memperbesar defisit APBNP 2007 yang ditetapkan sebesar 1,5 persen. "Kayaknya enggak (mempengaruhi), malah kalau naik kayaknya malah surplus. Nanti harus dilihat sensitivitasnya," kata Dirjen Anggaran Depkeu, Achmad Rocjadi di Jakarta, Kamis. Ia mengakui, perkembangan harga minyak akan berpengaruh pada sisi penerimaan dan sisi belanja pada APBN. "Ada beberapa elemen yang terpengaruh yaitu penerimaan, tapi di sisi lain belanja subsidi, dana bagi hasil ke daerah, dana alokasi umum (DAU) juga terpengaruh," katanya. Namun ia memperkirakan, pengaruh kepada dua sisi di APBN akan seimbang sehingga tidak akan banyak pengaruhnya ke defisit APBN. APBNP 2007 menetapkan anggaran pendapatan negara dan hibah sebesar Rp694,09 triliun dan belanja negara sebesar Rp752,37 triliun sehingga terjadi defisit sebesar Rp58,285 triliun atau 1,5 persen dari PDB. Dalam kesempatan tersebut Achmad juga menjelaskan bahwa semua angka yang ada di APBN termasuk untuk subsidi, sesuai dengan UU Nomor 17 tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, adalah pagu atas. "Umpamanya dalam kondisi tertentu itu lebih tinggi dari pagu maka dia tidak boleh dikeluarkan. Tapi ada klausul lain, kalau hal-hal itu memang darurat maka boleh dikeluarkan kelebihan dari jumlah tersebut," jelasnya. Ditanya dari pos mana kelebihan belanja itu harus diambil, Achmad mengatakan, kalau untuk subsidi minyak dari kenaikan harga minyak. "Biasanya kalau minyak itu, dengan naiknya harga maka penerimaan juga naik. Ya dari situ diambilnya," katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007