Surabaya (ANTARA News) - Mahasiswi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Asmaul Husna, memperkenalkan arsitektur tradisional pada TU (Technische Universitat) Berlin International Summer School 2007 di Berlin, Jerman. "Yang membanggakan, saya merupakan satu-satunya mahasiswa dari Indonesia yang bisa mengikuti kegiatan tingkat internasional yang berlangsung pada 19-21 Agustus itu," katanya di Surabaya, Kamis. Di ajang yang bertema "Techniques and Technologies for Sustainability" itu pun, katanya, hanya ada empat peserta yang berstatus mahasiswa, yakni delegasi dari Indonesia, Ethiopia, dan dua orang dari Afghanistan. "Perhelatan kelima yang rutin digelar setiap tahun itu diikuti peserta dari 15 negara yang masing-masing negara mengirimkan tiga orang peserta. Dari Indonesia, saya berangkat bersama Asnawi Manaf dan Imam Buchori (dosen Universitas Diponegoro, Semarang)," katanya. Menurut mahasiswi jurusan Perencanaan Wilayah Kota (PWK) ITS itu, peserta kegiatan itu harus mengikuti proses seleksi jarak jauh terlebih dulu dari proposal yang diajukan sebelumnya. "Saya pertama kali mengetahui kegiatan itu saat mengikuti Kongres Ikatan Mahasiswa Perencanaan Indonesia (IMPI), kemudian saya langsung tertarik," kata gadis berjilbab kelahiran Aceh pada 29 Maret 1988 itu. Dalam proposalnya, sulung tiga bersaudara dari pasangan Anwar dan Ruaida itu mengangkat tema "Learning from vernacular architecture in Indonesia" dalam ajang yang dihelat di gedung European Academy Berlin. "Saya harus mempresentasikan proposal di hadapan seluruh peserta dari berbagai negara yang sebagian besar merupakan para pakar serta guru besar universitas-universitas ternama," katanya. Ditanya materi presentasi atau proposal, ia mengatakan dirinya membahas tentang arsitektur tradisional Indonesia yang bisa tumbuh dan berkembang dengan sendirinya di masyarakat tanpa adanya seorang arsitek tertentu. "Jadi, bisa dikatakan arsitektur tradisional adalah arsitektur tanpa arsitek, melainkan arsitektur yang belajar dari alam yang ada," kata mahasiswi angkatan 2006 itu. Bahkan, katanya, arsitektur tradisional justru lebih bagus karena memberikan kekhasan tersendiri dan benar-benar dibangun dengan menyesuaikan kondisi alam yang ada, sehingga memberi kenyamanan bagi penghuninya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007