Jakarta (ANTARA News) - Calon Wakil Presiden, Sandiaga Salahuddin Uno dihadapan ratusan para petani tebu di Lumajang, Minggu menyatakan kondisi petani sekarang bukan swasembada tapi swasengsara. dan kondisi ini harus diperbaiki. 

"Pemerintah harusnya hadir dan melindungi para petani bukan membuka keran impor yang membuat swasengsara petani,” kata Sandiaga dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu.

Sandiaga diminta tanda tangan kontrak dengan petani tebu yang swasengsara, setelah membaca kontrak tersebut. “Setelah saya baca, saya akan langsung tanda tangan. Di sini juga, di hari ini dihadapan para petani,” jelasnya.

Ada tujuh poin yang diminta para petani tebu untuk dibenahi. Stop impor gula seperti yang dilakukan rezim sekarang, siap memberantas mafia pangan.

Utamanya sektor gula, subsidi pupuk, alat-alat pertanian, revitalisasi pabrik gula plat merah, memberikan kredit lunak dan ringan pada petani tebu, menghapus monopoli penjualan gula serta memperbaiki  tata niaga gula. 

Sudah tiga hari  pasangan Prabowo Subianto ini berada di Jawa Timur, dan semua petani mengeluh rendahnya harga jual,  mahalnya pupuk, serta ketidakhadiran pemerintah dalam masa-masa sulit mereka.

"Di Batu saya bertemu Pak Agus Sayur soal anjloknya harga tomat, di Jambuwer Pak Kresna yang juga mengeluhkan turunnya harga kopi dan kini para petani tebu di Lumajang. Insya Allah kami akan memperbaiki semuanya, termasuk kontrak politik kepada para petani tebu. Insya Allah kami wujudkan kembali swasembada pangan,” katanya.

Sebelumnya, salah satu petani Tebu, M Ridwan mengaku panen tebu beberapa  tahun ini berakhir  tragis. Biaya produksi tanam dengan harga jual sangat jauh rentangnya.

"Kami rugi besar. Kalau Pak Sandi bilang ingin memakmurkan petani saya salut. Tapi perjuangannya harus lebih ekstra pak. Melawan  importir, mafia pangan, tata niaga, kalau Pak Sandi bisa dan  bersedia menandatangani kontrak kami siap mendukung bapak,” kata Ridwan.

Pewarta: Susylo Asmalyah
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018