Jakarta (ANTARA News) - Deputi bidang Ilmu Kebumian LIPI Dr Hery Harjono mengkhawatirkan gempa Bengkulu dan gempa-gempa susulannya dua hari terakhir justru menjadi pemicu gempa besar berikutnya. "Mudah-mudahan tidak. Tetapi di segmen Mentawai di utaranya itu diketahui sudah matang, tertekan dan terkunci, namun masih diam. Justru gempa saat ini terjadi di segmen selatannya, dikhawatirkan memicu gempa di utaranya," katanya di Jakarta, Kamis. Ia mengatakan, gempa-gempa susulan yang terjadi berulang-ulang pada dua hari terakhir merupakan pelepasan energi di lokasi yang selama ini terdesak oleh pergeseran lempeng. Namun berhubung terdapat segmen di utara yang masih menyimpan cukup energi, maka gempa-gempa di segmen selatan bisa memicu gempa besar lainnya di utaranya. Sementara itu, Kepala bidang Dinamika Bumi dan Bencana Geologi Puslit Geoteknologi LIPI Dr Haryadi Permana mengatakan, gempa Aceh berkekuatan 9,3 SR pada Desember 2004 diduga dipicu oleh gempa Simeuleu berkekuatan 7,3 SR pada 2002. "Dikhawatirkan ini setipe gempa Aceh itu. Jadi bisa jadi ini gempa awal yang mendahului gempa besar," katanya. Menurut dia, gempa bumi di segmen Nias dan Bengkulu terakhir terjadi pada 1833 hampir 9 SR dan sudah lama vakum, sehingga perlu diwaspadai. Pada Rabu sore gempa bumi berkekuatan 7,9 Skala Ritcher terjadi di 159 km Barat Daya Bengkulu atau tepatnya di titik 4.67 LS - 101.13 BT di kedalaman 10 Km dan telah memakan korban jiwa sebanyak sembilan orang. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007