Dengan tingkat suku bunga yang lebih tinggi, logikanya pertumbuhan kredit juga tidak akan lebih baik daripada tahun ini

Jakarta (ANTARA News) - PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk memperkirakan pertumbuhan kredit perseroan akan melambat menjadi 15 persen (tahun ke tahun/year on year/yoy) pada 2019 salah satunya karena dampak dari kenaikan 175 basis poin suku bunga acuan Bank Indonesia dalam enam bulan terakhir.

"Dengan tingkat suku bunga yang lebih tinggi, logikanya pertumbuhan kredit juga tidak akan lebih baik daripada tahun ini," kata Direktur Keuangan dan Treasuri BTN Iman Nugroho Soeko kepada Antara yang dikutip di Jakarta, Minggu.

Iman memperkirakan pertumbuhan kredit BTN di 15 persen (yoy), atau lebih rendah dibanding prognosa pertumbuhan kredit BTN tahun ini di 19,5 persen (yoy).

Perseroan mengaku akan lebih hati-hati dalam menyalurkan kredit. Jika BTN terlalu agresif dalam menjalankan intermediasi, dikhawatirkan kondisi likuiditas akan mengetat sehingga meningkatkan tensi penghimpunan dana antara perbankan. Jika terjadi likuiditas yang semakin yang ketat, akan berdampak negatif terhadap ketahanan industri perbankan.

"Karena kalau kami tumbuh lebih tinggi lagi malah akan memperketat kondisi likuiditas bagi bank-bank yang relatif lebih kecil dari BTN sehingga meningkatkan risiko sistemik perbankan. Jadi suka tidak suka harus berjalan dengan realitas lah," ujar Iman.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso juga sebelummnya mengemukakan bahwa pertumbuhan kredit di 2019 sulit untuk lebih tinggi dibanding 2018. Wimboh memprediksi pertumbuhan kredit 2019 akan sebesar 12 persen (yoy). Untuk tahun ini, pertumbuhan kredit bisa mencapai 13 persen dari target di Rencana Bisnis Bank (RBB) sebesar 12,2 persen.

"Kita lebih memperkirakan 12 persen (di 2019) dengan kondisi ekonomi yang kita belum tahu, dan ada dampak juga dari ekonomi global," ujar dia.***3***

Baca juga: OJK yakin pertumbuhan kredit 2018 lampaui target

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2018