Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di Pasar spot antar bank di Jakarta, Kamis sore, menguat menjadi 9.409/9.415 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya 9.417/9.430 atau naik delapan poin.
Pengamat pasar uang Edwin Sinaga di Jakarta, mengatakan, pelaku masih berspekulasi membeli rupiah dalam jumlah relatif kecil, mereka masih memfokuskan perhatiannya pada pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal AS.
Pertemuan yang akan berlangsung pada 18 September nanti, akan menentukan arah pergerakan pasar uang yang saat ini cenderung mendatar, katanya.
Karena itu, menurut dia, pergerakan rupiah selama dua pekan ini terjadi hanya berdasarkan
market trading saja, sejalan dengan belum adanya isu baru yang menggerakkan pasar.
Akibatnya kedua mata uang itu bergerak dalam kisaran sempit, ucapnya.
Ia mengatakan, pasar uang saat ini membutuhkan likuiditas seperti masuknya investor asing yang menginvestasikan dananya melihat tingkat suku bunga acuan BI masih di level 8,25 persen.
Apalagi didukung pula oleh turunnya suku bunga The Fed, maka perbedaan suku bunga rupiah dan dolar AS agak tinggi, ucapnya.
Menurut dia, rupiah berpeluang untuk menguat mencapai level 9.200 per dolar AS, apabila isu positif itu masuk ke pasar, namun rupiah agak berat untuk bisa mencapai level 9.000 per dolar AS.
Karena itu posisi rupiah dinilai stabil apabila berada dalam kisaran antara 9.200 hingga 9.400 per dolar AS, ucapnya.
Tingkat rupiah pada kisaran itu juga didukung dengan merosot harga minyak mentah dunia yang saat ini berkisar di level 78 dolar AS per dolar AS, ujarnya.
Mengenai The Fed, ia mengatakan, The Fed kemungkinan akan menurunkan suku bunganya sebesar 25 basis poin, namun yang penting bukan penurunan suku bunga, tapi likuiditas di pasar dunia setelah bank sentral AS dan Eropa mencairkan dana talangan ke pasar.
Apabila semua bank sentrral aktif mengucurkan dananya ke pasar maka likuditas pasar akan semakin baik, katanya. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007