Jakarta (ANTARA News) - Calon wakil presiden, Sandiaga Uno, mengunjungi kampung sentra industri tempe dan kripik tempe Sanan Malang, Jawa Timur, Jumat.
Para pengusaha langsung meminta kepada Sandiaga, agar bisa memproduksi kedelai Indonesia, dan menghentikan ketergantungan pada kedelai impor.
Dalam keterangan tertulis, Sandiaga mengatakan, kampung ini juga sudah memaksimalkan semua limbah yang dihasilkan dari tempe bermanfaat dan punya nilai ekonomis.
Dia melihat langsung proses pembuatan kripik di kampung Sanan. Dari pemotongan tempe, menggoreng tempe, hingga pengemasan.
Sandiaga juga sempat ikut memotong tempe dengan manual. Jenis tempe yang dipotong adalah jenis tempe yang disebutnya sebagai tempe teropong.
Dia berjanji, jika terpilih akan menggenjot produksi tempe di Indonesia. Agar produksi kedelai dan harga kedelai tidak tergantung pada fluktuasi pergerakkan mata uang asing.
"Saya dan Pak Prabowo berkomitmen untuk tidak tergantung dengan bahan baku impor. Kami akan mencoba menfaatkan sumber daya alam untuk mensejahterakan masyarakat. Insya Allah jika amanat menjadi pelayan masyarakat Indonesia jatuh kepada Prabowo-Sandi," katanya.
Pada tahun 2019 Prabowo-Sandiaga ubah deregulasi ekonomi untuk gerakan ekonomi rakyat.
Sementara itu, Ketua Paguyuban Keripik Tempe Sanan, Arif, berharap jika Sandiaga terpilih bisa membuat bibit unggul untuk kedelai, sehingga tidak tergantung lagi dengan bahan baku impor.
"Dulu masih ada lima pemain impor, Amerika Serikat, Kanada, Mexico, India dan Cina. Namun sekarang hanya Amerika Serikat yang impor. Kalau dolar tinggi jelas berdampak langsung pada kami, pelaku usaha tempe ini,” kata Arif.
Sekitar 800 keluarga dan 2.000 pekerja menggantungkan hidupnya pada tempe, di Kampung Sanan. Rata-rata Kampung Sanan menghabiskan 30 ton kedele setiap harimya dan menghabiskan sekitar 1.500 tabung gas melon perhari.
Pesan kami yang lain pak, tolong banget jangan mencabut subsidi gas pak. Jika subsidi dicabut, pasti akan berdampak pada industri tempe di Sanan,” kata dia.
Pewarta: Susylo Asmalyah
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018