Sidoarjo (ANTARA News) - Sholat pertama tarawih warga korban lumpur Lapindo yang masih bertahan di Pengungsian Pasar Baru Porong (PBP) Sidoarjo, Jatinm, diwarnai isak tangis. Pantauan ANTARA News, Rabu malam menyebutkan, sekitar 100 warga korban lumpur, baik laki-laki maupun perempuan yang tak bersedia menerima uang kontrak itu tampak khusyuk mengikuti sholat tarawih yang digelar di kompleks PBP itu. Isak tangis dan air mata sesekali keluar dari kaum perempuan, terutama saat membacakan doa bersama usai sholat tarawih. Mereka tampaknya tak kuasa menanggung beban penderitaan selama luapan lumpur menerjang permukiman mereka. "Rasanya kami sudah tak kuasa dengan penderitaan selama ini. Semoga Allah memberikan barokah dan rahmat para korban lumpur dalam bulan Ramadhan ini," kata Ny Misna (45), warga korban lumpur asal Desa Renokenongo Porong, Sidoarjo ini. Menurut mereka, warga korban lumpur yang berada di PBP berniat berpuasa penuh selama Ramadhan ini, meskipun hidup di pengungsian yang fasilitasnya cukup memprihatinkan. Warga korban lumpur Lapindo yang tetap ngotot bertahan di PBP ini memang kebanyakan berasal Desa Renokenongo. Mereka menolak menerima uang kontrak dari Lapindo dan ngotot meminta ganti ganti rugi dengan uang muka 50 persen dan relokasi ke Japanan dan Gempol Pasuruan. Namun jumlah mereka semakin berkurang, karena dari sekitar 1.200 jiwa yang semula menolak, kini 600 jiwa sudah menerima uang kontrak.Sementara itu meski tidak menemukan makam leluhurnya, karena terpendam luapan lumpur Lapindo Brantas Inc, Rabu petang, sekitar 200 orang korban lumpur menggelar aksi kirim doa bersama di depan bekas pemakaman umum Desa Mindi Porong Sidoarjo. Dalam kegiatan ini, warga berharap kepada Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) segera membuat tanggul permanen di sekitar makam agar makam bisa digunakan kembali. Dengan kondisi makam yang hilang seperti saat ini,warga tetap menolak menjual tanah makam ke Lapindo seperti tanah sawah yang ada di sekitar makam. "Melalui aksi doa bersama ini, kami berharap BPLS segera membuat tanggul permanen di sekitar makam, agar makam bisa dimanfaatkan kembali," kata tokoh setempat Gus Rofik.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007