Padang (ANTARA News) - Pakar Gempa Universitas Andalas Padang, Badrul Mustapa, mengatakan gempa berkekuatan 7,9 Skala Richter mengguncang Bengkulu --hingga dirasakan cukup kuat di Kota Padang dan sekitarnya-- pada Rabu pukul 18:10:23 WIB, diharapkan tidak berpotensi tsunami karena ada satu syarat lain yang belum terpenuhi. "Pascagempa Bengkulu, ternyata satu syarat lain belum dipenuhi yakni pergerakan perpindahan batu secara vertikal (tidak terjadi), sehingga kita tetap berharap tidak akan terjadi tsunami," kata Badrul kepada ANTARA News di Padang, Rabu. Menurut dia, setelah tsunami di Sipora dan Pagai, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumbar terjadi pada tahun 1833, maka perulangan nya mencapai 200 tahun. Namun terkait energi yang belum dilepas bumi masih banyak, gempa susulan masih ada dan mudah-mudahan tidak ada tsunami. "Pascagempa Bengkulu, air laut di perairan pantai Padang dan sekitarnya juga tidak surut, namun diharapkan tsunami tidak terjadi," katanya. Sementara itu, dalam kesempatan terpisah Walikota Padang Fauzi Bahar mengatakan, potensi tsunami tidak akan terjadi karena durasi gempa susulan untuk mendukung tsunami hanya beberapa menit sudah terlewati. "Sekarang interval waktu pascagempa Bengkulu yang juga dirasakan di kota Padang dan sekitarnya sudah melebihi satu jam, diharapkan potensi tusnami tidak terjadi," katanya. Melalui RRI Padang, Fauzi Bahar terus siaga dan mengimbau masyarakatnya agar jangan panik dan tetap melanjutkan ibadah sholat taraweh. Pascagempa Bengkulu, Pemko Padang meminta pemilik gedung bertingkat yang lebih dari dua lantai segera membuka pintu untuk dijadikan tempat pengungsian warga. "Kita lebih memilih gedung bertingkat seperti kantor BI, Mapolda Sumbar, Kantor Gubernur Sumbar segera membuka pintu gerbang agar warga bisa mencari tempat aman pada ketinggian untuk mengungsi," katanya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007