Karena datanya tidak jelas mengakibatkan lonjakan impor pangan, contohnya beras dan jagung
Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon mengkritisi ketidakjelasan data pertanian yang bisa berakibat kepada berbagai implikasi keliru seperti bisa meningkatkan impor pangan padahal stok yang ada dinilai masih mencukupi.
"Karena datanya tidak jelas mengakibatkan lonjakan impor pangan, contohnya beras dan jagung," kata Fadli Zon di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, lonjakan impor kedua komoditas tersebut adalah janggal karena di sisi lain, kerap diklaim bahwa Indonesia mengalami surplus beras dan jagung.
Untuk itu, ia menekankan pentingnya data komoditas sektor pertanian yang akurat karena bakal sangat berdampak terhadap keberlangsungan pangan di Tanah Air.
Politisi Partai Gerindra itu mengingatkan bahwa bila diagnosis yang dilakukan pada awalnya adalah salah, maka ke depannya juga bakal berakibat tidak jelas.
"Seharusnya masalah ini sudah selesai dari dulu," katanya.
Sebelumnya pengamat Fiskal dari Universitas Pelita Harapan (UPH) Rony Bako menyarankan adanya audit data Kementerian Pertanian terkait polemik perbedaan data.
"Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) baiknya melakukan audit terkait polemik data pangan, supaya permasalahan jelas," kata Rony.
Menurutnya, kenaikan anggaran hingga lebih 50 persen justru paradoksal dengan polemik data pangan yang membuat perbedaan. Kenaikan anggaran harus diuji dengan dengan output yang dihasilkan, yakni peningkatan hasil produksi pertanian, terutama tanaman pangan.
Pengamat Ekonomi Lana Soelistianingsih bahkan menilai kesalahan data pengadaan beras dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi tanggung jawab Menteri Pertanian.
Baca juga: Jusuf Kalla: Data Kementerian Pertanian tidak pernah sesuai lapangan
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018