Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral melalui Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) terus berupaya untuk mengejar target bauran energi baru terbarukan sebesar 23 persen di tahun 2025, dengan menyelenggarakan forum Indonesia-German Renewable Energy Day (RE Day) 2018.


Direktur Jenderal (Dirjen) EBTKE, Rida Mulyana mengatakan bahwa forum ini memang sangat dibutuhkan, mengingat proses pengembangan EBT di Tanah Air masih menghadapi sejumlah tantangan. Dan salah satu tantangan tersebut yakni kondisi geografi Indonesia sebagai negara kepulauan.


“Semoga melalui forum ini bisa memberikan solusi transfer teknologi inovatif, implementatif dan replikatif untuk pengembangan energi terbarukan di Indonesia,” kata Rida dalam sambutannya saat membuka forum yang digelar di Jakarta, Rabu.


Dia menambahkan bahwa Indonesia memang sangat ingin untuk mendapatkan pengalaman dari Jerman, yang dinilai sudah sangat maju dalam pengembangan energi terbarukan. Rida berharap program kerjasama dengan Jerman dapat membantu Indonesia mengatasi tantangan dalam mengembangkan energi terbarukan.


"Untuk mencapai target, dukungan dari berbagai pihak diperlukan, termasuk dari negara-negara yang telah maju dalam pengembangan energi terbarukan. Jerman adalah mitra penting bagi Indonesia, dan kerjasama yang terjalin sudah berjalan sangat baik selama 25 tahun," ujarnya.


Lebih lanjut Rida menuturkan, bahwa di tengah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tumbuh di atas lima persen setiap tahun, pertumbuhan listrik pun terus bertambah. Namun, untuk memenuhi kebutuhan listrik itu, pemerintah harus berupaya untuk mengoptimalkan pengembangan EBT karena energi fosil terbatas.


Dan tantangan selanjutnya yang perlu dijawab saat ini, tambah dia, bukan hanya ketahanan energi ataupun kemandirian energi. Melainkan, bagaimana mempercepat proses transisi energi fosil Indonesia kepada energi baru dan terbarukan. Hal ini sudah dilakukan dengan baik oleh Jerman, dan dapat dijadikan contoh.


"Apa yang dialami Jerman, yang sangat cepat berubah dari fosil ke EBT, meskipun awalnya gagal, Indonesia ingin sekali seperti itu. Meski kondisi geografis masih berbeda dengan kita. Tetapi, salah satu yang bisa kita ambil adalah teknologi, termasuk smart grid," tutur dia.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2018