Jakarta (ANTARA News) - Proyek rel dwiganda atau double-double track (DDT) Cikarang-Manggarai sejauh 35 km terancam molor, menyusul ketidakjelasan penyelesaian pembebasan lahan dan tender konstruksi proyek itu. "Kami bekerja terus, masalahnya pihak JBIC (Japan Bank for International Cooperation (JBIC) belum mengijinkan tender konstruksi dilaksanakan sebelum semuanya clear," kata Dirjen Perkeretaapaian, Dephub, Soemino Eko Saputro menjawab pers di Jakarta, Rabu. Menurut Soemino, clear di sini konteksnya adalah persoalan pembebasan lahan harus selesai 100 persen. "JBIC mensyaratkan tender kontruksi bisa digelar jika pembebasan lahan sudah final," kata Soemino. Ia menjelaskan, target tender konstruksi tetap tahun ini sehingga pekerjaannya baru dimulai tahun depan atau molor dari target pada tahun ini. Padahal, hingga saat ini lahan yang sudah dibebaskan sudah mencapai 92 persen dari total lahan sehingga tinggal sedikit lagi (8 persen). Sebelumnya, pada awal Januari 2007, Soemino mengatakan, tender konstruksi proyek rel dwi ganda itu akan didahului untuk pekerjaan elektrifikasi jalur Cikarang-Bekasi yang akan digelar pada pertengahan Januari itu. Namun, hingga September 2007, tanda-tanda tender konstruksi tersebut belum juga terlihat. Artinya, molornya penyelesaian proyek ini makin tak terbantahkan. Proyek senilai Rp5 triliun ini rencananya akan didanai oleh JBIC dan target selesai dan beroperasi pada 2009. Jika proses tender konstruksinya molor dari awal tahun ini menjadi akhir tahun, otomatis penyelesaiannya akan molor pada 2010. Jika proyek ini selesai, maka kapasitas penumpang Kereta Api Jakarta-Bekasi akan meningkat dari 500 ribu orang per hari menjadi tiga juta orang.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007