Jakarta (ANTARA News) - Pecinta olah raga sepak bola yang tergabung dalam Komunitas Pecinta Sepak Bola mengadu ke Fraksi PKB DPR RI di Gedung DPR/MPR Jakarta, Rabu terkait kebijakan penyelenggara televisi berlangganan Astro yang memiliki hak siar liga utama sepak bola Inggris di Indonesia. Ketua Komunitas Pecinta Sepak Bola M Iqbal mengecam tindakan Astro karena sebagai penonton mereka merasa dirugikan dalam memperoleh informasi mengenai sepak bola. Apalagi tidak semua pecinta sepak bola berasal dari golongan mampu. "Kami orang kecil yang juga pecinta bola, masak dipaksa berlangganan Astro, buat makan saja susah," katanya. Dia menambahkan, kebijakan Astro mengakibatkan pencinta sepak bola di Indonesia kurang semangat karena Liga Inggris bertaburan bintang-bintang muda yang terkenal. "Bukan hanya itu, (kebijakan) ini bisa mempengaruhi kualitas permainan sepakbola di dalam negeri, setidaknya tidak ada yang bisa ditiru teknik permainan kelas dunia," katanya. Menurut dia, kekecewaan itu datang dari para pecinta sepakbola di seluruh Indonesia, mulai dari "Bobotoh" Bandung, "Bonek" Surabaya, Arema Malang dan lain-lain. Fraksi PKB DPR RI menyatakan, monopoli hak siar liga Inggris oleh Astro telah mengecewakan masyarakat pecinta sepak bola di Indonesia. "Alasannya pecinta sepakbola itu tidak semua dari kalangan ekonomi mampu. Jadi tidak semua bisa berlangganan. Banyak masyarakat kecil mengadu ke PKB lantaran kecewa tak bisa nonton Liga Inggris," kata Ketua Fraksi PKB DPR RI Effendy Choirie (Gus Choi) Gus Choi menduga langkah Astro itu merupakan konspirasi bisnis dalam menguasai akses informasi sehingga informasi sepak bola di Indonesia tergantung Malaysia. "Karena itu, kita dorong agar Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan Departemen Komunikasi dan Informatika memanggil Astro," katanya. Pihaknya juga minta agar Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) bergerak secara proaktif untuk mengusut hak siar yang dimonopoli Astro khususnya terkait penyiaran Liga Inggris. "Ini melanggar kepentingan bisnis di dalam negeri," katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007