Jakarta (ANTARA News) - Menteri Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar ketika berbicara dalam forum peluncuran laporan Status Lingkungan Hidup Indonesia (SLHI), di Jakarta, Rabu, mengatakan bahwa orang Indonesia yang paham fenomena perubahan iklim masih sedikit. Menurut Rachmat, perubahan iklim memerlukan tidak cuma sokongan dana tapi juga perubahan kesadaran dari banyak pihak. "Perlu ada penyadaran soal perubahan iklim, dan ini dengan kasih sayang," dia menegaskan. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa saat ini paling banyak hanya 200 ribu hingga satu juta orang saja di Indonesia yang paham soal perubahan iklim dan ancaman-ancamannya. Padahal ada sekitar 220 juta orang penduduk Indonesia yang seharusnya mengerti tentang fenomena perubahan iklim, Rachmat menambahkan. Dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Australia atau negara adidaya Amerika Serikat, masih kata Rachmat, tingkat kepedulian dan rasio penduduk yang memahami perubahan iklim Indonesia masih sangat rendah. Dalam kesempatan itu Rachmat juga mengaku prihatin dengan pergeseran isu perubahan iklim dari lingkup lingkungan hidup menjadi bahasan politik. "Perubahan iklim sudah dibawa ke luar ranah lingkungan hidup, sudah masuk ke ranah politik, sehingga kepentingan-kepentingan politik nasional masing-masing negara yang lebih menonjol," katanya. Ia menegaskan bahwa Amerika dan Australia dalam pertemuan APEC lalu menunjukkan perubahan pandangan yang sangat ekstrim soal perubahan iklim. "Bush dan Howard sekarang berbalik setuju bahwa perubahan iklim itu nyata, dan pintu uang terbuka luas buat Indonesia agar melestarikan hutan sebagai paru-paru dunia," katanya. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007