Presiden Direktur PT Rekadaya Multi Adiprima, Farri Aditya mengatakan, selama ini buah kelapa belum begitu dimaksimalkan keberadaannya. Padahal komoditas ini bisa dimanfaat utuk beberapa hal termasuk di industri otomotif.
"Serabut yang selama ini tidak pernah diolah dan dibuang dikumpulkan di koperasi. Koperasi nantinya mengolah menjadi serat lalu akan disuplai ke tempat kami," kata Farri di Hotel Puri Denpasar, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin.
Farri juga menambahkan, para petani saat ini belum tahu cara mengembangkan dan mengelola potensi yang dimiliki dari buah kelapa. Bahkan sabut atau kulit kelapa masih dianggap sebagai sampah dan limbah. Padahal potensi dari serabut kelapa ini sangat besar untuk digarap, apalagi Indonesia yang dikenal sebagai salah satu negara pengahasil buah kelapa terbesar di dunia.
"Jadi para petani jangan hanya memikir dia seorang petani, dia punya anak bisa ikut mengembangkan usaha. Juga bisa dibangunkan wirausaha yang penting ketersediaan materialnya itu ada," tambahnya.
Langkah ini sudah mulai berjalan sejak 2016 dan bahkan sudah mendapat dukungan dana dari pemerintah yang terkait. Pada 2017 lalu, mereka sudah memetakan potensi ini dan di 2018 sudah dilakukan kegiatan bisnis.
"Menariknya, serat itu karena awalnya tidak termanfaatkan. Kami bisa membuktikan bahwa serat panjang dan pendek itu applicable to our machine dan our process. Jadi sebenarnya inilah yang sudah kita lakukan bersama pemerintah terhadap kemampuan serap semua jenis kompenen material yang ada dalam serabut," katanya.
Hingga saat ini, PT Rekadaya membeli serat kelapa dari petani yang tergabung di UKM dan Koperasi dengan nilai Rp1.500 per kilogram. Estimasinya dalam 3-4 butir kelapa akan menghasilkan 1 kilogram serabut kelapa yang sudah diolah.
"Limbah bukan untuk menyampah. Karena selama ini serabut itu dikatakan limbah tapi saya katakan sebaliknya gimana?" tutupnya.
Salah satu kelompok yang sudah mensuplai bahan sabut kelapa adalah kelompok Koperasi Produksi Mitra Kelapa (KPMK) asal Pandeglang, Provinsi Jawa Barat. dengan jumlah sekitar 300 ton per bulan dan seiring waktu diperkirakan akan terus bertambah. PT Rekadaya juga menargetkan nantinya akan berkembang di kota lain tidak hanya di Jawa Barat.
Baca juga: Kementerian Koperasi dorong UKM olah serat kelapa
Baca juga: Upaya jadikan kelapa andalan ekspor
Baca juga: BPDP-KS sebut industri sawit bantu Indonesia capai SDGs
Pewarta: Chairul Rohman
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2018