Jakarta (ANTARA News) - Pemerhati pendidikan Robertus Budi Setiono menilai sistem zonasi belum tentu efektif dalam menciptakan sekolah favorit baru.
"Sistem zonasi belum tentu efektif dalam menciptakan sekolah-sekolah favorit baru, karena pemerintah pusat hanya memberlakukan sistem zonasi tanpa memberikan input jelas sokongan pusat seperti apa," ujar Budi di Jakarta, Senin.
Anggota Dewan Pakar Pendidikan Jakarta Timur itu menambahkan sekuat apapun daerah dalam memberlakukan zonasi, tanpa adanya dukungan dari pemerintah pusat maka apa yang diinginkan sulit tercapai.
Menurut dia, dalam Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) harus mempersiapkannya dengan matang.
"Tidak dalam melihat kemampuan pasar, sistem zonasi akan jadi bumerang. Sekolah favorit dan bagus akan turun kualitasnya. Sedangkan sekolah yang kualitasnya di bawah tidak meningkat."
Baca juga: Sistem zonasi "kegaduhan" jelang tahun ajaran baru
Dia juga mengungkapkan, sistem zonasi memang bagus untuk pemerataan pendidikan. Namun, penerapannya harus dipikirkan jangan sampai mengagetkan pasar.
"Untuk menciptakan sekolah favorit baru butuh kesiapan baik pusat maupun daerah. Kemendikbud harus jelas sokongannya seperti apa. Kalau enggak, daerah akan setengah hati," ucap dia.
Budi juga memberi contoh sekolah-sekolah negeri dan swasta di Jakarta Timur. Sekolah negeri dihujani berbagai fasilitas. Bahkan sarana prasarana yang masih bagus diganti dengan baru hanya demi memenuhi penyerapan anggaran. Sebaliknya di sekolah swasta, dibiarkan setengah hidup dan mati.
"Harusnya swasta seperti itu, perlu mendapatkan perhatian pemerintah juga. Jika hal seperti ini, harus diselesaikan juga," jelas dia.
Kemendikbud sejak 2017 menerapkan zonasi yang bertujuan untuk pemerataan kualitas pendidikan dan juga distribusi guru. Penataan guru berdasarkan berapa jumlah ketersediaan guru di setiap zonasi.
Baca juga: Sistem zonasi sekolah sebaiknya dilengkapi sekolah unggulan
Baca juga: Sistem zonasi adalah bagian dari reformasi sekolah
Pewarta: Indriani
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2018