Jakarta (Antara) - Menteri Ketenagakerjaan Industri M Hanif Dhakiri mengatakan investasi ganda yang tidak efektif harus dihindari dalam menciptakan lulusan pendidikan untuk menjadi tenaga kerja terampil.

Untuk itu, Hanif menuturkan pendidikan harus berorientasi pada kebutuhan pasar tenaga kerja untuk mengurangi ketidaksesuaian antara kebutuhan dunia industri dengan tenaga terampil di Indonesia.

"Menurut saya dibutuhkan perubahan total di pendidikan kita agar orientasinya itu kebutuhan pasar, jadi butuhnya industri apa, butuhnya dunia usaha apa, nah, itulah yang kemudian kita berikan kepada anak-anak kita karena kalau tidak begitu akhirnya tidak nyambung," kata Hanif dalam Seminar Hubungan Industrial Kompetensi Lulusan Politeknik di Era Revolusi Industri 4.0, Jakarta, Senin.

Seminar itu bertemakan Revolusi Industri 4.0 Indonesia Harus Siap untuk Peluang dan Tantangan Khususnya Bidang Ketenagakerjaan.

Hanif mengatakan ketidaksesuaian cukup besar sekitar 63 persen, yang berarti dari 10 orang, hanya 3-4 orang yang cocok kualifikasinya dengan kebutuhan dunia usaha.

"Memang salah satu tantangan kita itu adalah ketidaksesuaian dan di bawah kualifikasi," ujarnya.

Kualifikasi yang kurang dari seorang tenaga kerja bisa terjadi ketika dia tidak memiliki kualifikasi yang bagus sesuai dengan bidang pendidikan yang ditekuni apalagi jika dikaitkan dengan kebutuhan pasar kerja.

"Misalnya katakanlah ada anak jurusan S1 lulusan komputer tapi tidak bisa komputer. Gelarnya saja sarjana tapi kompetensinya itu tidak level sarjana, kira-kira gitu, itu kan terjadi sehingga memang pendidikan tinggi kita harus diperbaiki," tuturnya.

Hanif menuturkan tren ketidaksesuaian itu tentu mengalami penurunan karena terobosan pendidikan dan pelatihan vokasi yang terus dilakukan sehingga pada akhirnya bisa mengurangi besaran ketidaksesuaian itu.

"Kita kan tidak ingin terjadi investasi ganda, misalnya, orang sudah sekolah, dilatih lagi itu, kan, berarti ganda itu, mestinya kan kalau sekolahnya sudah kejuruan, begitu lulus bekerja dong. Jadi sekolahnya kejuruan, habis itu dilatih lagi, itu kan jadi investasi ganda, jadi tidak efektif," katanya.*


Baca juga: Pekerja terampil dibutuhkan hadapi Revolusi Industri 4.0

Baca juga: Pemerintah utamakan pembinaan keterampilan tenaga kerja


Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018