Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah Rabu pagi sedikit melemah menjadi Rp9.415/9.437 per dolar AS dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya pada Rp9.410/9.435 per dolar AS. Analis Valas PT Bank Niaga Tbk, Noel Chandra di Jakarta, mengatakan pelaku pasar masih menahan diri, mereka akan bergerak melakukan pembelian atau melepas greenback apabila data indikator ekonomi AS sudah diumumkan khususnya bank sentral AS (The Fed) mengenai suku bunga. Aksi menahan diri pelaku pasar mengakibatkan kegiatan agak berkurang, sehingga volume transaksi perdagangan relatif kecil, katanya. Pelaku pasar, menurut dia, masih berspekulasi membeli dolar AS dalam jumlah yang kecil setelah hari sebelumnya memburu mata uang asing itu, sehingga mengalami kenaikan yang cukup tajam. Namun demikian, kata dia, pelemahan itu hanya sementara dan bila telah terjadi penurunan bunga the Fed, rupiah akan kembali menguat. Para pelaku pasar memperkirakan penurunan bunga the Fed hanya 25 basis poin, meski sebagian pelaku lain mengatakan penurunan bisa mencapai 50 basis poin. Namun menurut dia, masalahnya saat ini bukan turunnya suku bunga 25 atau 50 basis poin, namun likuiditas pasar yang mengetat. "Kami mengharapkan likuiditas pasar akan semakin baik dengan pencairan dana oleh bank sentral AS dan bank sentral Eropa (ECB), ucapnya. Selain itu, masuknya investor asing ke pasar domestik yang menempatkan dana barunya dalam jangka panjang akan memicu rupiah terus membaik, ucapnya. Pada hari ini dolar AS terhadap yen menjadi 114,11 dari sebelumnya 114,40 dan euro diperdagangkan 1,3834 dari 1,3853. Penguatan dolar AS, karena pelaku memperkirakan The Fed jadi menurunkan suku bunganya, katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2007