Jakarta (ANTARA News) - Jalan tol, disadari atau tidak, merupakan hal yang sangat penting untuk menghubungkan antarkawasan di dalam suatu daerah atau wilayah yang terdapat di negara, bahkan antarnegara.

Karena itu, tidak heran bila Direktur Utama BUMN Waskita Karya, yang juga membangun banyak jalan tol di berbagai daerah, I Gusti Ngurah Putra, meyakini bahwa pembangunan ruas jalan tol seperti Trans Jawa dan Trans Sumatera bakal membuat efek ganda yang bisa melipatgandakan aktivitas perekonomian nasional.

I Gusti Ngurah Putra dalam wawancara di kantor Waskita Karya di Jakarta, Kamis (15/11), mencontohkan, dengan menggunakan tol Trans Jawa yang kini bisa ditempuh hingga sekitar 10 jam dengan ruas tol yang sudah tembus dari ujung ke ujung, maka barang yang dikirim dari Jawa Timur ke Jakarta atau sebaliknya juga akan tiba dalam keadaan segar.

Selain itu, ujar dia, pengiriman truk barang yang tadinya hanya satu rit sekarang bisa menjadi dua rit yang berarti juga meningkatkan produktivitas.

Dirut Waskita Karya juga menuturkan mendapat pemahaman dari konsultan yang memberitahukan kepadanya bahwa ruas tol North-South di Malaysia, setelah beroperasi lebih dari 10 tahun, ternyata juga bisa membangkitkan hingga sekitar 30 persen dari PDB negara jiran tersebut.

Menurut dia, dengan pemerintah juga membangun selain jalan tol yaitu perluasan jaringan listrik, air, atau pun pelabuhan yang bisa melakukan ekspor-impor, hal itu juga akan menghasilkan multiplier effect atau efek berlipat hanya dari membangun beragam infrastruktur itu.

Mengenai makna dari pembangunan ruas tol bagi Waskita, Dirut menyatakan bahwa hal itu menunjukkan kinerja perusahannya yang luar biasa dan dengan pertumbuhannya yang juga luar biasa, karena dengan total memiliki sekitar 1.000 kilometer yang dikerjakan sekitar empat tahun.

Apalagi, ia mengingatkan bahwa Waskita Karya dibangun dengan strategi bukan sebagai operator jalan tol, tetapi sebagai developer.

Pembebasan lahan

Namun, memang diakui bahwa hambatan utama yang dilakukan dalam pembangunan jalan tol, di berbagai daerah di Nusantara, lazimnya terkait dengan hal pembebasan lahan.

Contohnya, rencana peresmian jalan tol Semarang-Batang pada akhir 2018 dilaporkan terancam tertunda menyusul belum selesainya pembebasan lahan tambahan ruas jalan bebas hambatan yang merupakan bagian dari tol Transjawa tersebut.

Direktur Utama PT Jasa Marga Desi Arryani saat mengecek perkembangan pembangunan tol Semarang-Batang di Batang, Rabu (17/10), mengakui bahwa kendalanya adalah pembebasan lahan, dan lahan yang masih belum terbebas itu merupakan bagian dari tambahan pengadaan dari perencanaan awal.

Ia juga mengemukakan bahwa pembangunan konstruksi tersebut ditargetkan selesai pada 30 November 2018.

Di tempat lainnya, Pelaksana tugas (Plt) Gubernur Aceh Nova Iriansyah di Banda Aceh, Kamis (15/11) menargetkan, pembebasan lahan jalan tol ruas Sigli-Banda Aceh sepanjang 73 kilometer akan dilakukan dalam dua tahun.

Padahal seyogyanya, menurut dia, pembebasan di ruas jalan tol ini sudah selesai pada pertengahan tahun 2018, tapi masih tejadi permasalahan di lapangan termasuk memenangkan gugatan di pengadilan.

Sementara di Banten, Bupati Pandeglang Irna Narulita meminta pihak terkait termasuk Satuan Kerja (Satker) Pembangunan Jalan Tol Serang-Panimbang, memperkuat koordinasi dalam pembebasan lahan Tol Serang-Panimbang untuk mempercepat realisasi rencana jalan bebas hambatan itu.

Irna usai menghadiri rapat evaluasi progres Proyek Strategis Nasional (PSN) bersama Gubernur Banten Wahidin Halim di Serang, Selasa (6/11) mengatakan dalam rapat tersebut pihaknya sudah menyampaikan keluhan-keluhan Satker Serang-Panimbang melalui Satker PUPR, kendala-kendalanya seperti sejauh mana pembebasan lahan.

Sebenarnya persoalan pembebasan lahan tidak hanya terkait dengan jalan tol, tetapi sejumlah proyek lainnya seperti proyek kereta api (KA) bandara yang menghubungkan Stasiun Solo Balapan dengan Bandara Adi Soemarmo Surakarta, dan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung, juga ada tersandung persoalan pembebasan lahan.

Tol China

Sementara itu, berbagai pihak di beragam belahan dunia terkagum-kagum dengan pembangunan jalan bebas hambatan yang dilakukan di dalam Republik Rakyat China.

Sebagaimana dikutip dari kantor berita Xinhua, China diberitakan telah menambah sebanyak 8.130 kilometer jalan tol pada tahun lalu, yang merupakan peningkatan 6,5 persen y-o-y, berdasarkan data dari kementerian transportasi negara tersebut.

Jumlah tersebut menambah total panjang jalan tol menjadi lebih dari 132 ribu kilometer. Pada tahun 2018 ini, pemerintah Negeri Tirai Bambu itu menargetkan penambahan 5.000 kilometer jalan bebas hambatan.

Menurut Samuel Staley, yang menjabat sebagai peneliti senior Reason Foundation, lembaga pemikir dari Amerika Serikat, sebagaimana dikutip dari laman reason.org, jaringan jalan nasional China telah melampaui sistem Interstate Highway di AS sejak tahun 2011.

Samuel Staley berpendapat bahwa kesuksesan itu antara lain karena kesuksesan pemerintah China, yang dikuasai oleh partai bersistem komunis, dalam mengatasi permasalahan pembebasan lahan karena dengan sistem tersebut, seluruh lahan dinyatakan milik negara dan dapat diambil alih untuk kepentingan negara.

Selain itu, ujar dia, China juga memiliki keuntungan geografis dengan berbagai kota besar yang menjadi sentral perekonomian relatif lebih dekat jaraknya dibandingkan dengan berbagai kota besar yang terdapat di negara Amerika Serikat.

Ia juga menyoroti kesuksesan China dalam menerapkan konsep kemitraan publik-privat yaitu dengan bekerja sama dengan perusahaan atau investor asing (utamanya dari Hong Kong) sejak dekade 1980-an.

Pemerintah pusat China, meski sangat sentralistik, ternyata juga sangat mendukung pemerintah di daerah masing-masing untuk mengambil peran utama dalam pembangunan jalan tol tersebut.

Konektivitas

Indonesia sebenarnya juga dapat memahami dan mempelajari banyak hal dari bagaimana China dapat membangun jalan tol dengan massif selama beberapa dekade terakhir.

Di dalam negeri sendiri, fokus pemerintah guna membangun infrastruktur juga telah membangun hasilnya, seperti pembangunan Jalan Tol Trans Jawa yang menghubungkan Merak (Banten) hingga Banyuwangi (Jawa Timur) dinilai merupakan salah satu kesuksesan Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo untuk mewujudkan janji meningkatkan konektivitas antardaerah.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono dalam sejumlah kesempatan menyatakan, sesuai target awal, akhir 2018 seluruh ruas jalan tol Trans Jawa akan beroperasi dari Merak hingga Surabaya sepanjang 870 kilometer dan saat ini 640 kilometer telah beroperasi.

Sisanya sepanjang 230 kilometer terbagi menjadi lima ruas yang akan beroperasi secara bertahap hingga akhir2018.

Kelima ruas tol tersebut yakni ruas Tol Sragen-Ngawi (51 km) pada pekan kedua November 2018, kemudian ada Pemalang-Batang (33 km), Batang-Semarang (75 km), Salatiga-Solo (32 km), Wilangan-Kertosono (39 km), yang semuanya paling lambat beroperasi pada pekan kedua Desember 2018.

Dengan perwujudan Tol Trans Jawa itu, dinilai satu demi satu peningkatan jaringan konektivitas di negara Indonesia ini semakin terwujud, dan titik-titik pertumbuhan ekonomi baru akan bermunculan.

Efisiensi

Hal tersebut dinilai akan diikuti dengan distribusi barang dan jasa yang semakin lancar, serta efisiensi dalam hal logistik dan distribusi, serta dalam efisiensi waktu dan jarak tempuh.

Sebelumnya, Menteri BUMN Rini Sumarno menyebutkan jaringan tol Trans Jawa yang direncanakan membentang dari Merak, Banten, hingga Banyuwangi, Jawa Timur akan memberikan alternatif transportasi dan pilihan yang lebih murah bagi pemudik saat Lebaran 2019.

Saat meninjau Jembatan Kali Kenteng, Salatiga, Jawa Tengah, Senin (12/11), ia mengatakan untuk rute padat pemudik seperti Jakarta-Surabaya, bisa mendapat alternatif moda angkutan darat melalui Tol Trans Jawa, selain moda angkutan udara pesawat terbang komersil.

Pemerintah menargetkan pada akhir 2019 menyelesaikan pembangunan Jalan Tol Trans Jawa dari Merak - Banyuwangi sepanjang 1.150 kilometer, sementara hingga akhir 2018 diperkirakan Jasa Marga mengoperasikan sepanjang 984 kilometer.

Sesuai dengan tujuannya, pembangunan infrastruktur jalan tol harus terintegrasi dengan simpul-simpul pertumbuhan ekonomi, seperti kawasan industri, pelabuhan laut, pelabuhan udara, kawasan wisata, hingga permukiman skala besar. Sehingga betul-betul bermanfaat maksimal baik untuk dunia usaha, pariwisata dan industri.

Dengan penyelesaian pembangunan jalan tol dan penggunaannya yang tepat guna, maka infrastruktur jalan tol juga dapat memberikan efek ganda yang bermanfaat positif bagi perekonomian bangsa.*

Baca juga: Jabar andalkan Tol Cisumdawu kembangkan wilayah utara

Baca juga: Di balik cita-cita pembangunan Trans Jawa

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018