Upah nominal harian buruh tani pada Oktober 2018 naik 0,31 persen dari bulan sebelumnyaJakarta (Antara News) - Kementerian Pertanian menyebutkan kesejahteraan buruh tani pada Oktober 2018 relatif lebih baik dan stabil dibandingkan kesejahteraan buruh bangunan.
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian (Kementan) Kuntoro Boga Andri mengatakan data yang baru dirilis Badan Pusat Statistik pada Kamis (15/11) menunjukkan upah nominal harian buruh tani pada Oktober 2018 naik 0,31 persen dari bulan sebelumnya.
"Data BPS menunjukkan upah nominal harian buruh tani pada Oktober naik sebesar 0,31 persen atau Rp163 dibanding pada September 2018, yakni dari Rp52.665 menjadi Rp52.828 per hari," katanya melalui keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu.
Pada data yang sama, upah nominal buruh bangunan juga naik, tapi hanya sebesar 0,08 persen atau dari Rp86.648 menjadi Rp86.717 per hari pada Oktober 2018.
Di sisi lain, dengan memperhatikan perkembangan indeks konsumsi rumah tangga, upah riil buruh tani pada sektor pertanian pada Oktober 2018 sedikit menurun, yaitu 0,04 persen (Rp15) dibandingkan September 2018, dari Rp38.205 per hari menjadi Rp38.190 per hari.
Sementara pada saat yang sama, upah riil buruh bangunan mengalami penurunan yang lebih dalam 0,2 persen (Rp156) dari Rp64.774 per hari menjadi Rp64.618 per hari.
Dengan memperhatikan kedua perubahan tersebut, Andri menilai pada Oktober 2018 ini daya beli atau kesejateraan buruh tani relatif menjadi lebih baik dibanding kesejahteraan buruh bangunan.
Selain itu, daya beli atau kesejahteraan buruh tani juga relatif lebih stabil dibanding kesejahteraan buruh bangunan karena baik dalam persentase maupun absolut penurunan upah riil buruh tani jauh lebih rendah, yaitu hanya sebesar 0,04 persen, dibandingkan penurunan upah riil untuk buruh bangunan yang mencapai 0,2 persen.
Tingkat kesejahteraan petani juga terlihat dari nilai tukar petani (NTP). Berdasarkan data BPS NTP per September 2018, NTP naik mencapai 103,17 atau 0,59 persen dibandingkan periode Agustus 2018.
Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementan I Ketut Kariyasa menambahkan NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di Indonesia.
"Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani", katanya.
Meningkatnya kesejahteraan dan daya beli petani, turut andil menjaga ekonomi Indonesia. Hal itu karena penduduk Indonesia lebih banyak tinggal di pedesaan dan kebanyakan profesi masyarakat pedesaan adalah petani.
Di acara Habibie Award, Senin (13/11), Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa perekonomian Indonesia masih dalam kondisi yang sehat dan kredibel. Hal itu dilihat dari pertumbuhannya yang tetap di atas lima persen.
"Kita tumbuh pada kuartal I 5,06 persen, kuartal II 5,27 persen dan kuartal III di 5,17 persen, kita tetap konsisten di atas 5 persen," kata Sri Mulyani.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia di level tersebut, lanjut Sri Mulyani, tercapai di tengah ketidakpastian ekonomi global karena beberapa kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh negara maju.
Mantan Direkur Pelaksana Bank Dunia ini menjelaskan, dengan tingginya pertumbuhan ekonomi Indonesia, maka ada potensi yang bisa dimaksimalkan oleh pemerintah, mulai dari meningkatkan kesempatan kerja dalam rangka menekan tingkat pengangguran terbuka (TPT), hingga menekan angka kemiskinan.
Baca juga: Anggaran Kementan difokuskan untuk kesejahteraan petani
Baca juga: BPS catat nilai tukar petani September meningkat, tertinggi di Jambi
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2018