Jakarta (ANTARA News) - Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa di DPR RI, Effendy Choirie, di Jakarta, Selasa, menilai mental dan karakter negosiator maupun diplomat RI lemah jika berhadapan dengan pihak Singapura dalam proses melakukan perjanjian kerjasama bilateral.
Ia mengatakan penilaiannya itu kepada ANTARA News, menanggapi pernyataan pihak Kementerian Komunikasi dan Informatika yang baru menandatangani nota kesepahaman (MoU) informasi serta komunikasi dengan Singapura untuk mengembangkan "E-Government, E-Commerce, E-Education" dan "E-Bussiness Platform".
"Saya berpendapat, sesungguhnya kerjasama bilateral dan multilateral apa pun, itu penting. Tetapi harus saling menguntungkan. Termasuk dalam bidang informasi dan teknologi dengan Singapura ini," kata Choirie.
Sayangnya, lanjut dia, Indonesia selalu saja berada pada pihak yang dirugikan dalam berbagai perjanjian kerjasama bersifat internasional, seperti juga halnya dalam soal "Deffence Cooperation Agreement" (DCA, Perjanjian Kerjasama Pertahanan) maupun "Extradition Treaty" (ET, Perjanjian Ekstradisi) RI-Singapura.
"Iya kan. Yang terjadi selama ini, kita berada pada pihak yang dirugikan, atau untungnya sedikit. Sementara pihak lain , lebih banyak `ngambil` untung," ungkapnya sembari menunjuk sejumlah kasus.
Menurut dia hal itu bisa terjadi karena kelemahan para diplomat dan negosiator Indonesia.
"Penyebabnya itu. Mental, karakter dan visi negosiator, diplomat maupun pemimpin kita lemah," ucapnya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007