Surabaya (ANTARA News) - Lebih dari 234 unit rumah di tiga kecamatan, yakni Kecamatan Asembagus, Banyuputih, dan Jangkar Situbondo, mengalami rusak berat dan ringan akibat gempa 4,9 SR yang terjadi Senin (10/9). Informasi yang diperoleh dari Humas Kabupaten Situbondo, Selasa menyebutkan, di tiga kecamatan tersebut, sekitar 234 bangunan rusak berat, 49 rumah rusak ringan dan 10 gedung sekolah rusak serta beberapa fasilitas umum lainnya juga mengalami kerusakan. Kepala Bagian Humas Pemkab Situbondo, Sulastri SH saat dikonfirmasi menuturkan, untuk korban luka kini sudah dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Situbondo, dan luka ringan lainnya dirawat di Puskesmas setempat. "Untuk jumlah lebih tepatnya, masih belum ada, karena kini Pemkab Situbondo baik dari Kesbanglinmas maupun kepolisian masih mendata di lapangan berapa banyak warga dan bangunan yang menjadi korban gempa," katanya memaparkan. Menurut Sulastri, selain gempa yang terjadi pukul 01.36 WIB, gempa susulan sempat terjadi sebanyak tiga kali, yaitu pada pukul 02.15 WIB berikutnya pukul 03.33 WIB dan yang terakhir pada pukul 06.37 WIB.Bahkan pada siang pukul 11.00 WIB juga sempat terjadi lagi, sehingga banyak warga yang membiarkan rumahnya berantakan sampai sore, karena mereka khawatir kalau ada gempa susulan lebih besar. Pascakejadian itu, lanjutnya, Bupati Situbondo, dr H Ismunarso langsung datang ke lokasi bencana sekitar pukul 11.00 WIB. Bupati juga terpaksa membatalkan sejumlah agenda lain ketika tahu warganya terkena bencana gempa bumi. Pada saat itu pula paket sembako dan tenda dibagikan kepada sejumlah desa yang terkena gempa, penyaluran bantuan dipusatkan di Desa Kedunglo, Kecamatan Asembagus, bantuan langsung diserahkan kepada warga. Sore harinya, bupati juga mengirimkan ratusan nasi bungkus untuk para pengungsi korban bencana gempa bumi di tiga kecamatan tersebut. Bupati mengatakan, jika bantuan tersebut sifatnya sementara, selanjutnya Pemkab Situbondo akan mengirimkan bantuan lebih banyak lagi. Propinsi Jatim yang terletak di 111 derajat 0-114 derajat 4 Bujur Timur dan 70 derajat 12-80 derajat 48 Lintang Selatan, memang berada di daerah rawan terjadi gempa. Salah satunya adalah jalur tumbukan lempengan Eurosia dan Indoaustralia di bagian selatan Jatim. Pergeseran lempeng inilah yang menyebabkan terjadinya gempa tektonik. Selama tiga tahun terakhir, tidak kurang dari enam gempa telah dirasakan di beberapa kabupaten/kota di Jatim terutama bagian selatan. Pada tahun ini saja, tercatat sedikitnya tiga gempa di propinsi ini. Rata-rata gempa berkekuatan 4-5 Skala Richter (SR). Meski tidak menimbulkan tsunami, gempa tetap merisaukan masyarakat. Untuk itu pemerintah daerah terus melakukan beberapa langkah penanganan. Diantaranya, mendata penduduk di daerah rawan gempa. Selajutnya membentuk kelompok penyuluhan atau penyelamatan, sosialisasi dan demo penyelamatan, penentuan jalur evakuasi, serta pemberian tanda bahaya. Langkah-langkah tersebut diharapkan akan mengurangi kerisauan dan kemungkinan korban akibat gempa. Adapun gempa yang melanda di Jatim selama 2007, yakni pada 19 Januari 2007 terjadi gempa berkekuatan 5,7 SR di Karangkates, Malang, Sawahan, Nganjuk, Pacitan, Blitar. Selanjutnya, pada 24 Juni 2007, gempa melanda pesisir pantai selatan Kabupaten Malang pada pukul 04.09 WIB dengan kekuatan 4,5 SR. Pada 10 September 2007 terjadi gempa sebanyak dua kali di Kabupaen Situbondo pada pukul 01.30 dengan kekuatan 4,9 SR dan pukul 06.30 WIB dengan kekuatan 4,5 SR. Meski tidak berpotensi tsunami, gempa ini merusak ratusan rumah warga.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007