Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di Pasar Spot Antar Bank Jakarta, Selasa sore merosot tajam hampir mencapai Rp9.450 per dolar AS menjadi Rp9.447/9.450 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.418/9.435 atau turun 29 poin. Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib di Jakarta, Selasa, mengatakan, pelaku pasar yakin bahwa bank sentral AS akan menurunkan suku bunga pada pekan depan sehingga memicu pelaku pasar segera memburu dolar AS untuk mengantisipasinya. Namun demikian rupiah, kata dia, pelemahan itu hanya sementara dan bila telah terjadi penurunan bunga the Fed, rupiah akan kembali menguat. Para pelaku pasar memperkirakan penurunan bunga the Fed hanya 25 basis poin, meski sebagian pelaku lain mengatakan penurunan bisa mencapai 50 basis poin. Namun menurut Kostaman, masalahnya saat ini bukan turunnya suku bunga 25 atau 50 basis poin, namun likuiditas pasar yang mengetat. "Kami mengharapkan likuiditas pasar akan semakin baik dengan pencairan dana oleh bank sentral AS dan bank sentral Eropa (ECB), ucapnya. Selain itu masuknya investor asing ke pasar domestik yang menempatkan dana barunya dalam jangka panjang akan memicu rupiah terus membaik, ucapnya. Indonesia, menurut dia, dinilai oleh investor asing masih potensial untuk digarap lebih jauh, karena stabilnya suku bunga acuan (BI Rate 8,25 persen) dan rencana turunnya suku bunga The Federal Fund Rate, membuat tingkat selisih bunganya masih tinggi. Pada hari ini dolar AS juga menguat terhadap yen sebesar 0,1 persen menjadi 113,80, dan euro menjadi 1,3796 per dolar AS, serta euro terhadap yen melemah 0,1 persen jadi 157,05. Penguatan dolar AS, karena pelaku berspekulasi membeli mata uang asing itu, setelah ada isu bahwa The Fed jadi menurunkan suku bunganya, katanya. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007