Genangan tidak permanen yang ada di Danau Tempe harus tetap terjaga kelestariannya

Jakarta (Antara) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Pusat Penelitian Limnologi menawarkan konsep revitalisasi Danau Tempe di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, yang lebih berbasis daya dukung ekosistem.

"Genangan tidak permanen yang ada di Danau Tempe harus tetap terjaga kelestariannya karena berproses dalam menyediakan makanan alami ikan sehingga meningkatkan kelangsungan hidup dan populasi ikan," kata peneliti Pusat Penelitian Limnologi LIPI Iwan Ridwansyah dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis.

Iwan mengatakan struktur sistem perairan Danau Tempe memiliki dua subsistem utama yang saling berhubungan, yaitu genangan air permanen dan genangan tidak permanen berupa rawa banjiran.

Pusat Penelitian Limnologi telah melakukan beberapa model simulasi revitalisasi Danau Tempe dengan memperhitungkan karakter dan struktur ekosistem danau tersebut.

"Prinsip revitalisasi adalah mengembalikan fungsi habitat dengan mempertahankan atau memperluas genangan tidak permanen dan memperdalam genangan permanen sehingga jasa ekosistem pada sektor perikanan tetap terjaga," jelasnya.

Dari permodelan yang dilakukan, Pusat Penelitian Limnologi menemukan alternatif yang dinilai paling optimal karena paling sedikit mengendapkan sedimen di Danau Tempe.

Kepala Pusat Penelitian Limnologi LIPI Fauzan Ali mengatakan masalah utama Danau Tempe adalah sedimentasi akibat alih fungsi lahan.

"Dalam analisis selama 20 tahuan yang LIPI lakukan, rata-rata endapan yang terbentuk mencapai 519 ribu meter kubik setiap tahun," katanya.

Saat ini, pemerintah sedang membangun gedung gerak untuk mengatur debit air sehingga Danau Tempe tidak kekeringan saat musim kemarau dan kebanjiran saat musim penghujan.

Pemerintah juga mengeruk endapan danau tersebut untuk memperdalam tinggi muka air dan endapan buangannya yang tujuannya menjadikan danau buatan tersebut menjadi objek wisata.*


Baca juga: Pemprov DKI segera revitalisasi danau dan waduk

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018