Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah Selasa pagi melemah mendekati level Rp9.450 per dolar AS, karena pelaku masih berspekulasi membeli dolar AS, sekalipun aktivitas kurang ramai. Nilai tukar rupiah turun 17 poin menjadi Rp9.435/9.440 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.418/9.435 per dolar AS. Analis Valas PT Bank Saudara, Ruri Nova, di Jakarta, mengatakan sebagian pelaku pasar masih memfokuskan diri terhadap pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal AS yang akan dilaksanakan pada 18 September nanti. Karena itu aktivitas pasar kurang bergairah, mereka ingin mengetahui pengumuman Bank sentral AS (The Fed) yang akan menentukan arah pasar yang sebenarnya, katanya. Rupiah, menurut dia, akan bisa bergerak naik apabila The Fed mengumumkan hasil pertemuan tersebut, terutama mengenai The Federal Fund Rate yang diperkirakan akan turun sebesar 25 basis poin. Selain itu, juga pengumuman mengenai indikator ekonomi AS yang cenderung melemah akibat kasus gagal bayar kredit perumahan (subprime Mortgage) AS yang menekan pertumbuhan ekonomi AS, ucapnya. Bahkan, lanjut dia, dolar AS di pasar regional pada sesi ini juga melemah terhadap yen menjadi 113,40 yang sebelumnya sempat mencapai di atas 124 yen. "Kami optimis The Fed akan menurunkan suku bunganya untuk memicu pertumbuhan ekonomi AS dan menekan inflasi yang cenderung meningkat," katanya. Ia mengatakan rupiah seharusnya bisa bergerak naik, namun melemahnya pasar saham regional menekan mata uang lokal tersebut yang didukung oleh pelaku lokal berspekulasi membeli dolar AS. Namun peluang rupiah untuk menguat diperkirakan terjadi dalam waktu tidak lama, karena berbagai indikasi pasar cenderung mendukungnya, katanya. Sementara itu euro terhadap dolar AS melemah jadi 1,3785 dari sebelumnya 1,3800 dan terhadap yen turun jadi 156,50 yen. Merosotnya dolar AS di pasar regional, karena pelaku khawatir bahwa indikator ekonomi AS cenderung merosot, katanya. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2007