Jakarta (ANTARA News) - Pertunjukan wayang orang dengan lakon "Kresna Duta" akan hadir di beberapa kota di Jerman pada Mei 2019 sebagai bagian dari kegiatan pengenalan kekayaan budaya Indonesia di negeri itu.

Yayasan Paramarta Karya Budaya selaku penggagas pagelaran menyatakan memutuskan memilih wayang orang karena pertunjukan tersebut menampilkan beberapa unsur budaya Indonesia sekaligus.

"Mulai dari kostum menggunakan kain batik, musik, tarian dan banyak unsur lainnya yang dapat kita tunjukkan kepada warga Jerman," kata Ketua Yayasan Paramarta Karya Budaya Prasti di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada Rabu.

Selain itu, yayasan ingin mengenalkan bentuk lain dari wayang, karena selama ini orang-orang Jerman umumnya hanya tahu wayang kulit saja.

Pementasan wayang orang di Jerman akan melibatkan beberapa teater serta 40 pemain dari berbagai sanggar. Sejumlah perantau asal Indonesia juga akan ikut menjadi penari pembantu.


Dari cerita klasik

Lakon pementasan tersebut diambil dari cerita klasik Mahabrata yang mengisahkan tentang Kresna saat menjadi utusan Pandawa untuk menghadap para Kurawa.

Lakon tersebut akan dibawakan dalam Bahasa Jawa dan agar para penonton memahami cerita, pada setiap babak akan disampaikan narasi dalam Bahasa Jerman.

Namun durasi pertunjukan akan diperpendek. Kalau biasanya pertunjukan wayang orang berlangsung sampai empat jam, dalam pentas di Jerman durasinya dipangkas menjadi 1,5 jam saja agar penonton tidak bosan.

Sutradara Teguh Hampiranto berusaha memadatkan cerita dengan tidak memasukan adegan punakawan.

"Salah satu pertimbangannya adalah lawakan di Jawa belum tentu cocok dengan lawakan di sana. Jadi kita tidak memasukkannya," kata dia.

Namun, dia mengatakan, pemadatan cerita dalam pergelaran tersebut tidak sampai mengganggu jalan cerita dan makna yang akan disampaikan kepada penonton.

Mereka berharap pargelaran wayang orang tersebut mendapat sambutan baik dari penonton Jerman.

Baca juga: Endang Budi Karya ajak milenial lestarikan wayang orang

Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018