Jakarta (ANTARA News) - Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu sore ini menguat sebesar 60 poin menjadi Rp14.768 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.828 per dolar AS.

"Gejala negatif eksternal terkait perang dagang yang cenderung mulai mereda menjadi faktor penopang bagi mata uang rupiah," ujar Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia, Rully Nova di Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan tensi perang dagang Amerika Serikat-Tiongkok yang mereda memicu pelaku pasar kembali melirik aset-aset di negara berkembang yang memiliki perekonomian yang stabil, salah satunya Indonesia.

"Permintaan terhadap aset denominasi rupiah menjadi meningkat sehingga berimbas pada penguatan kurs rupiah," katanya.

Menurut dia, salah satu yang menjadi perhatian pelaku pasar yakni cadangan devisa periode Oktober yang meningkat serta pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga di atas level 5 persen.

"Meski masih dibayangi sentimen dari defisit transaksi berjalan pada triwulan III 2018 yang melebar, diharapkan sentimen pertumbuhan ekonomi nasional dapat mengimbangi," katanya.

Ia memproyeksikan, tren apresiasi rupiah terhadap dolar AS akan berlangsung hingga pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada Desember 2018 mendatang.

"Pelaku pasar akan mencermati kebijakan the Fed mengenai suku bunga acuannya," katanya.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari ini (14/11), tercatat mata uang rupiah menguat menjadi Rp14.755 dibanding sebelumnya (13/10) di posisi Rp14.895 per dolar AS.

Baca juga: Rupiah menguat saat pasar apresiasi instrumen DNDF
Baca juga: Rupiah menguat jadi RP14.790

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2018