Tangerang (ANTARA News) - Petugas Pusat Laboratorium Forensik (Puslafor) Polda Metro Jaya, hingga Senin malam masih melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspitek) Serpong, Kabupaten Tangerang, Banten dengan menurunkan sejumlah kendaraan yang dilengkapi peralatan pendukung. Hingga pukul 22.01 WIB wartawan ANTARA News yang berada di kawasan Puspitek, Serpong untuk menemui petugas meminta keterangan, namun tidak diperoleh penjelasan secara resmi. Bahkan semua petugas yang ditemui melakukan gerakan tutup mulut dengan alasan penjelasan akan disampaikan Selasa (11/9) pagi sekitar pukul 09.00 WIB. Namun begitu, pada pukul 20.38 WIB sebuah kendaraan mini bus pulsfor Polda Metro dengan nomor polisi 154-01 yang diikuti dua kendaraan petugas nomor pol B-2818-EW serta B-8357-EP memasuki TKP. Beberapa saat kemudian, kendaraan jip dari Detasemen Khusus (Densus) 88 dengan nomor pol 451-VII serta dua truk pendukung dengan nomor polisi 2237-VII dan 2311-VII menyusul ke TKP. Penyelidikan di TKP tersebut dilakukan setelah adanya ledakan di laboratorium kimia gedung 71 Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), di Puspiptek Serpong. Peristiwa tersebut terjadi akibat ledakan tabung nitrogen. Empat korban ledakan tersebut masing-masing Prof. Munawir Zulkarnain, Dr. Puji Untoro, dan Ir. Agus Sujipno dan Ir. Sanda, dilarikan ke RS Fatmawati, Jakarta Selatan. Menristek Kusmayanto Kadiman mengatakan, peristiwa tersebut terjadi berkaitan dengan uji coba alat baru penelitian biofuel, namun tak ada hubungannya dengan nuklir. Disebutkan juga ledakan itu terjadi di luar batas kuning reaktor, sehingga tidak perlu dikhawatirkan akan ada pengaruh radiasi nuklir dan semacamnya terhadap masyarakat. Reaktor nuklir disebutkan terdapat di dalam situs Batan dan terdiri atas reaktor riset yang digunakan untuk penelitian, pengujian bahan, pendidikan dan pelatihan serta memproduksi radioisotop bagi keperluan industri pangan dan kesehatan, dan reaktor daya yakni reaktor nuklir untuk menghasilkan daya listrik. Indonesia baru memiliki tiga reaktor nuklir untuk keperluan riset dengan kapasitas kecil namun reaktor nuklir Batan di Serpong Siwabessy berkapasitas 30MW, reaktor nuklir di Bandung berkapasitas 2MW bahkan di Yogyakarta hanya 100KW. Reaktor riset mengutamakan pemanfaatan neutron dari reaksi nuklir, sedangkan reaktor daya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang sedang direncanakan akan dibangun pada 2010, akan memanfaatkan uap yang bersuhu dan bertekanan tinggi yang dihasilkan reaksi fisi untuk memutar turbin. Rencananya dua PLTN yang akan dibangun pada 2010 di Tanjung Muria, Jepara, akan berkapasitas total 2.000MW. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007