"Kami akan mendorong penciptaan nilai tambah dari hasil kelautan ini sendiri baik dari ikan, rumput laut, dan semua produknya. Kami ingin ekspor ikan baik segar maupun olahan, ikut membantu upaya kita untuk memperbaiki neraca perdagangan," kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Bambang Brodjonegoro di Kantor Bappenas, Jakarta, Rabu.
Menurut Bambang, strategi yang mengarah pada penciptaan nilai tambah sangat penting. Industri pengolahan makanan dan minuman yang disebut Bambang sebagai industri yang menciptakan nilai tambah cukup besar, dapat menjadi andalan Indonesia untuk menggenjot ekspor.
"Saya melihatnya begini bukan kondisinya saat ini, tapi ruang untuk berkembangnya besar jadi kalau kita sedang mencari cara mengurangi defisit transaksi berjalan. Menurut saya kita harus serius untuk penciptaan nilai tambah sekaligus ekspor dari industri kelautan dan perikanan," katanya.
Bank Indonesia mencatat, defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit/CAD) pada kuartal III 2018 meningkat menjadi 3,37 persen dari PDB atau sebesar 8,8 miliar dolar AS, dibandingkan kuartal II 2018 yaitu 3,02 persen dari PDB atau 8 miliar dolar AS. Menurut bank sentral, defisit yang meningkat pada kuartal III 2018 karena memburuknya kinerja neraca perdagangan barang dan melebarnya defisit neraca jasa.
Menteri menambahkan, potensi ekspor dari industri pengolahan makanan dan minuman khususnya dari kelautan dan perikanan masih bisa lebih besar lagi dibandingkan yang saat ini. Ia menilai, porsi makanan dan minuman yang basisnya kelautan dan perikanan perlu ditambah sehingga nanti keunggulan ekspor yang dimiliki Indonesia tersebut dapat menjadi lebih besar lagi.
"Sekarang pengolahan makanan dan minuman yang paling dominan. Kami ingin makin besar lagi dan yang paling penting daya saing produksi menjadi lebih tinggi," ujarnya.
Sementara itu, terkait tantangan yang dihadapi dalam mengembangkan pengolahan hasil laut dan perikanan sendiri, Bambang menilai antara hulunya yaitu hasil kelautan dan perikanan itu sendiri dengan hilir yaitu industri pengolahannya, belum "nyambung".
"Jadi kita harus punya strategi yang jelas mana yang mau kita ekspor sebagai mentahnya atau segarnya, dan mana yang mau kita ekspor sebagai olahannya," kata Bambang.
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2018