Chicago (ANTARA News) - Anomali dari biasanya, harga emas berjangka divisi COMEX New York Mercantile Exchange berakhir lebih rendah pada sesi keempat berturut-turut pada perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), padahal indeks dolar AS tergelincir namun memang tetap mendekati angka tertingginya dalam lebih dari satu tahun.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember turun 2,1 dolar AS atau 0,17 persen, menjadi ditutup pada 1.201,4 dolar AS per ounce.

Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, turun 0,2 persen menjadi 97,351 pada pukul 19.30 GMT. Indeks menetetap di 97,57 pada Senin (12/11) yang merupakan level tertinggi indeks sejak Juni 2017, menurut Market Watch.

Indeks dolar AS telah naik sekitar 5,7 persen sepanjang tahun ini, sebagian didorong oleh ekspektasi untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve. Demikian laporan yang dikutip dari Xinhua.

The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga lagi pada bulan depan dan tiga kali kenaikan pada 2019. Suku bunga yang lebih tinggi dapat meningkatkan dolar AS dan menekan permintaan untuk komoditas-komoditas berdenominasi dolar AS.

Emas biasanya bergerak berlawanan arah dengan dolar AS, yang berarti jika dolar AS menguat maka emas berjangka akan turun, karena emas yang dihargakan dalam dolar AS menjadi mahal bagi investor yang menggunakan mata uang lainnya.

Adapun logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember turun 3,4 sen AS atau 0,24 persen, menjadi menetap di 13,977 dolar AS per ounce. Platinum untuk penyerahan Januari 2019 turun 4,0 dolar AS atau 0,47 persen, menjadi ditutup pada 841,3 dolar AS per ounce.

Baca juga: Kurs dolar AS melemah setelah rancangan Brexit tercapai

Baca juga: Saham Boeing dan Exxon jatuh, Wall Street ditutup bervariasi

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018