Jakarta (ANTARA News) – Viara Hikmatun Nisa’ duduk di atas kursi roda sembari menahan perih. Siapa yang menyangka bahwa gadis kecil berusia 14 tahun sudah melakukan operasi hingga tujuh kali dan mencuci darah demi bertahan hidup. Siapa pun yang mendengar kisahnya akan terisak haru. Tapi, Viara justru menginspirasi banyak orang dengan kreativitasnya.
Syaihul Hady (38 tahun) mengisahkan kisah putrinya, Viara yang ketika itu mengeluh sakit di bagian perut pada tahun 2011 lalu dan dilarikan ke RSUD Situbondo.
“Berawal dari usus buntu dan harus dioperasi. Ternyata, beberapa bulan kemudian kembung lagi dan operasi lagi. Dan saya bawa ke RS di Jember, namun keluhan Viara masih ada. Lalu, saya membawanya ke RS di Malang ternyata ada perlengketan usus dan harus dipotong sepanjang 70 sentimeter karena ususnya busuk,” ujar Hady saat berbincang dalam acara “Kenali Gangguan Ginjal pada Anak” di Jakarta, Selasa.
Tepat pada pertengahan tahun 2014, Viara didiagnosa terkena lupus. Hal ini menyerang kekebalan tubuhnya. Pada saat bersamaan, gadis kelahiran 22 Juli ini juga menderita gangguan ginjal yang mengharuskannya cuci darah.
“Viara mesti mencuci darah pada hari kelahirannya pada 22 Juli tahun 2015. Seminggu itu, Viara itu bisa dua atau tiga kali cuci darah selama setahun. Biaya pengobatan ginjal ini memerlukan biaya lebih banyak karena sekali cuci darah itu kurang lebih biaya yang dikeluarkan Rp1.250.000. Untungnya, selain biaya sendiri, kami mendapatkan bantuan dari BPJS dan donatur,” tutur Hady.
Ayah tiga anak ini mengakui bahwa salah satu jalan untuk menangani gangguan ginjal sang putri dengan melakukan transplantasi ginjal.
“Transplantasi ginjal ini memang direncanakan dua tahun lalu, tapi gagal sampai lima kali. Beruntung Februari nanti, Viara akan diberikan ginjal ibunya. Walau sebenarnya ginjal ibunya kurang baik hanya 35 persen kondisinya, namun hanya ginjal ibunya yang memiliki kecocokan dengan darah Viara,” ungkap Hady dengan wajah sumringah.
Jelang transplantasi, sang bunda Inwaningsih (39 tahun) mengakui bahwa ia memilliki kecocokan darah, yakni memiliki golongan darah O.
“Pesan dokter jelang transplantasi ginjal, saya mesti menghindarkan diri dari minuman beralkohol, makan makanana siap saji, dan mesti minum air putih,” sebut Inwaningsih.
Diakui oleh Ayah dari Azaim Albar (8 tahun) dan Aisah Ramadhani (6 tahun), Viara putri pertamanya tidak bersekolah sejak duduk di kelas 3 Sekolah Dasar.
“Kegiatan anak sangat terbatas. Kegiatan fisik juga sudah tidak mungkin. Jadinya, sekolah manggil guru,” imbuh Hady.
Menurutnya, Viara tidak bisa diam. Ia malah sering berdagang pernak-pernik seperti gelang, tas hingga botol yang dijajakan kepada dokter atau suster. Bahkan, Viara memiliki toko online di Buka Lapak dan Tokopedia bernama Viara Shop.
“Saya nggak tahu Viara belajar dari mana untuk membuat perhiasan itu. Untuk gelangnya harga Rp10 ribu sampai RP20 ribu dan harga tas Rp50 ribu. Semua hasil jualannya sampai sekarang sudah Rp10 juta,” ujar Hady.
Yang membuat Hady heran, sambungnya, putrinya justru menanyakan harus bayar zakat berapa.
“Ia membungkus uang Rp50 ribuan untuk diberikan kepada orang yang sudah tua pada Lebaran kemarin,” ujarnya.
Kisah detil mengenai Viara ini terangkum dalam buku berjudul “Gadis Kecilku” karya Syaihul Hady.
Baca juga: Kenali gejala gangguan ginjal pada anak
Baca juga: Mengenal kasus ginjal pada anak
Baca juga: 8 sayuran ramah untuk ginjal
Pewarta: Anggarini Paramita
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018