Hal ini ditandai dengan ekspor kayu olahan yang cenderung meningkat
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar mengatakan kayu masih bertahan pada saat gejolak ekonomi.
"Hal ini ditandai dengan ekspor kayu olahan yang cenderung meningkat dengan produksi kayu bulat yang didominasi dari hutan tanaman," ujar Siti dalam rapat kerja Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) di Jakarta, Selasa.
Dia menyebutkan data nilai ekpsor kayu olahan pada 2017 sebesar 10,94 miliar dolar AS atau meningkat dibandingkan tahun sebelumnya 9,26 miliar dolar.
Pada 2018 per bulan Oktober, angka ekspor kayu olahan senilai 10,59 miliar dolar AS, sementara itu produksi kayu bulat dari hutan alam sebesar 5,8 juta meter kubik pada 2017 dan kayu bulat dari hutan tanaman industri sebesar 38 juta meter kubik dan sebelumnya 32 juta meter kubik pada 2016.
"Angka-angka ini menunjukkan tren kenaikan volume produksi. Produksi kayu bulat dari alam, sebanyak 86,58 persen disumbangkan oleh Provinsi Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Papua dan Papua Barat serta produksi kayu buat dari hutan tanaman industri 98,43 persen berasal dari Provinsi Riau, Jambi, Kaltim, Kalbar dan Kalteng," katanya.
Untuk tujuan ekspor masih didominasi Tiongkok, yang meningkat dibandingkan pada 2017, naik sebesar 18,52 persen. Kemudian Jepang dan Amerika Serikat.
Sedangkan untuk ekspor industri kayu olahan, pada 2017 senilai 10.94 miliar dolar AS dan pada 2016 senilai 10,32 miliar dollar AS.
APHI optimistis investasi di bidang kehutanan akan meningkat meski terjadi perang dagang antara Amerika Serikat dan China.
"Kami optimistis investasi di bidang kehutanan akan meningkat. Luas kebakaran hutan dan lahan yang semakin menurun dan penanganan pengelolaan gambut telah menjadi titik awal bagi sektor usaha kehutanan untuk berbenah meningkatkan kinerjanya pada 2019," ujar Ketua Umum APHI, Indroyono Soesilo.
Salah satu indikator bakal meningkatnya investasi bidang kehutanan, adalah fondasi kinerja sektor hulu pada 2018 yang cukup kuat.
Baca juga: Asosiasi hutan optimistis investasi kehutanan meningkat
Baca juga: FSC dinilai harus mensertifikasi industri hutan Indonesia
Pewarta: Indriani
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2018