Seperti dilansir Medical News Today, Selasa, penelitian yang dipimpin Dr. Azar Radfar, Ph.D., seorang peneliti di Massachusetts General Hospital di Boston, menemukan bising menyebabkan respons stres yang meningkat di otak manusia.
Kondisi ini memicu peradangan di pembuluh darah, yang bisa berujung masalah kesehatan yang serius, termasuk serangan jantung atau stroke.
Untuk sampai pada temuan, peneliti melibatkan 499 orang partisipan yang bebas dari penyakit kardiovaskular dan kanker pada awal penelitian. Para peserta lalu menjalani positron emission tomography (PET) dan CT scan pada otak dan pembuluh darah mereka. Para peneliti melihat aktivitas amigdala, wilayah otak yang mengatur stres dan respons emosional.
Bertahun-tahun kemudian, para peneliti memeriksa catatan medis para partisipan. Dari 499 orang, sebanyak 40 orang telah mengalami serangan jantung atau stroke dalam 5 tahun setelah pengujian awal.
Setelah menganalisa data, tim menemukan mereka yang terpapar kebisingan tertinggi, aktivitas otaknya paling berhubungan dengan stres. Selain itu, mereka mengalami lebih banyak peradangan di arteri.
Peradangan pembuluh darah yang meningkat merupakan faktor risiko untuk penyakit jantung, sehingga adanya hubungan antara peradangan dan kejadian kardiovaskular bukanlah hal mengejutkan.
Para partisipan yang mengalami stres lebih dari tiga kali lebih mungkin mengalami peristiwa kardiovaskular utama, seperti serangan jantung atau stroke.
Bahkan setelah memperhitungkan faktor-faktor risiko lain, seperti polusi udara, merokok, dan diabetes, tim peneliti menyimpulkan bahwa mereka yang terpapar polusi suara yang lebih tinggi meningkat risikonya mengalami kejadian kardiovaskular.
"Semakin banyak penelitian mengungkapkan hubungan antara kebisingan lingkungan dan penyakit kardiovaskular, tetapi mekanisme fisiologis di baliknya tetap tidak jelas," kata Dr. Radfar.
Baca juga: Perempuan diabetes berisiko kena serangan jantung
Baca juga: Awas, varises bisa berisiko serangan jantung
Baca juga: Ciri nyeri dada karena penyakit jantung
Penerjemah: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018