"Kami monitor itu secara ketat. Misalnya kemarin saya mendatangi satu tempat yang setiap tahun itu sering mengalami banjir karena tanggulnya belum dituntaskan. Pembangunan tanggulnya baru berjalan separuh pas dibelokan," kata dia, di Balai Kota DKI Jakarta, Senin.
Kawasan Cipinang Melayu, di Jakarta Timur, sebagai contoh, pembangunan tanggulnya sudah mulai dikerjakan, tanggul dinaikan satu meter sementara menggunakan bronjong.
Dia katakan, kemudian air di hulu datang dan kemudian kawasan itu, mengalami banjir kira-kira 50 sentimeter dalam waktu beberapa jam sudah langsung surut.
"Itu contoh bahwa kita sekarang sedang proses Insya Allah nanti akan sampai dua meter, mudah-mudahan terbebas. Nach di tempat-tempat yang bisa kami lakukan solusi temporer kami kerjakan, seperti ini kami siapkan bronjong," kata dia.
Ia menjelaskan, untuk kawasan lain yang rawan banjir akan dibereskan dalam jangka panjang. Terutama soal memastikan tanggul-tanggul itu bisa terbangun tuntas.
Selain itu, disiapkan antisipasi penanggulangan dengan menyiagakab lebih dari 1.400 relawan yang sudah terverifikasi untuk melakukan monitoring antisipasi di lapangan, sekaligus memberikan peringatan dini.
Menurut dia, selama ini pemerintah Provinsi DKI Jakarta menerima laporan banjir yang harus diverifikasi.
"Jadi kemarin dalam tinjauan awal tahun ini, saya katakan bahwa tidak bisa lagi ke depan kami menerima laporan dari pihak-pihak yang tidak terverifikasi," kata dia.
Kini terdapat 1.400 relawan yang sudah terverifikasi di seluruh wilayah Jakarta. Saat mereka mengirimkan laporan maka laporan itu tidak perlu dicek ulang lagi, karena mereka sudah memiliki pengetahuan informasi cara menyampaikan yang akurat. Informasi yang akurat itu bisa direspon lebih cepat.
"Ini keluhan yang disampaikan teman-teman di smart city. Terima laporannya banyak, tetapi kredibilitasnya harus diuji dulu," katanya.
Pewarta: Susylo Asmalyah
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018