Tanah Datar, Sumatera Barat (ANTARA News) - Silek di ranah Minang tak semata seni beladiri atau seni olah tubuh, tetapi juga upaya mengontrol perilaku diri. Para orangtua sejak masa lalu bahkan menjadikan silek sebagai cara memperbaiki perangai buruk anak-anak mereka.

Guru silek dari perguruan silek Sungai Patai, Tanah Datar, Diswan mengatakan, untuk tahap awal, orangtua harus mengantar anak mereka mendaftar ke perguruan. Di sini lah, para guru bisa mengenali karakter calon murid mereka dan orangtuanya.

"Yang pertama dipersiapkan adalah murid dan orangtuanya. Seorang murid harus diserahkan langsung oleh orangtuanya kepada guru. Kami bisa mempelajari siapa murid, siapa orangtuanya," ujar dia kepada Antara di sela penyelenggaraan Maestro Talk Silek, Silek Arts Festival (SAF) 2018, di Tanah Datar, Minggu (11/11).

Para pesilek berlaga di sela penyelengaraan Silek Arts Festival 2018 di Tanah Datar, Sumatera Barat, Minggu (11/11/2018). (ANTARA News/Lia Wanadriani Santosa)
Para pesilek berlaga di sela penyelengaraan Silek Arts Festival 2018 di Tanah Datar, Sumatera Barat, Minggu (11/11/2018). (ANTARA News/Lia Wanadriani Santosa)

Jika memang anak yang akan masuk perguruan berperilaku buruk, dia harus sepakat menyetujui suatu perjanjian sebelum menjadi murid.

"Perjanjian kami tahu siapa anak ini. Kalau anak ini bandel, tolong jujur. Kami ikat dengan perjanjian. Kami suruh dia meminta maaf pada ibu dan bapaknya. Setelah mendapatkan maaf, baru kami mulai penerimaan. Dia wajib patuh kepada orangtua dan guru. Kami arahkan di perguruan dan oleh orangtua di rumah," papar Diswan.

Lebih lanjut, dia menuturkan, tujuan perguruannya memberi pelajaran silek tak semata untuk membantu anak-anak muda menjaga diri mereka sendiri tetapi menghimpun mereka agar lebih terarah. Silek bisa membantu para pemuda dan pemudi menjauhkan diri dari pengaruh buruk lingkungan.

Selain pembinaan dalam bentuk fisik yakni melalui jurus-jurus silek, para murid juga mendapatkan arahan yang membuat mereka mengenyahkan perilaku buruk.

Pesilek perempuan

Saat ini di perguruan Sungai Patai sudah ada sekitar 300 murid yang kebanyakan adalah kaum hawa dari berbagai usia. Menurut Diswan, selama ini tak ada larangan bagi perempuan untuk mempelajari silek, sepanjang tujuannya untuk pertahanan diri.

"Tidak ada larangan perempuan ikut silek. Tujuan kami kan untuk menghimpun pemuda dan pemudi, supaya lebih terarah. Bukan untuk menunjukkan teknik bela diri semata. Tetapi agar anak-anak muda tidak terpengaruh hal buruk," kata dia.

Salah satu murid Diswan yang tak lain adalah putrinya, Viyola (17), mengatakan tak pernah ada larangan dari orangtua untuk belajar silek. Dia mengaku tertarik mengikuti silek semata untuk menjaga dirinya.

"Suka seni, untuk menjaga diri. Ada motivasi jadi semangat. Bapak kan yang mengajar," tutur siswa kelas X itu.

Viyola mengatakan dirinya rutin berlatih silek sejak setahun lalu. Waktu latihannya setiap sekali dalam seminggu, sehabis solat Isya hingga jam 23.00 (tiga jam).

"Awalnya belajar dasar-dasarnya,misalnya gerakan mendorong, menangkap, ditambah jurus dan kuncinya. Teknik rolling paling sulit sejauh ini," kata dia.

Dua pesilek perempuan berlaga di sela penyelengaraan Silek Arts Festival 2018 di Tanah Datar, Sumatera Barat, Minggu (11/11/2018). (ANTARA News/Lia Wanadriani Santosa)
Dua pesilek perempuan berlaga di sela penyelengaraan Silek Arts Festival 2018 di Tanah Datar, Sumatera Barat, Minggu (11/11/2018). (ANTARA News/Lia Wanadriani Santosa)

Dalam kesempatan yang sama, Tetua Adat Nagari Pariangan sekaligus Ketua penyelenggara Maestro Talk Silek Minangkabau, Irwan Malinbasa mengungkapkan para wanita yang ingin mempelajari silek bisa mendapatkan kesempatan seluas-luasnya, karena hingga saat ini tak ada larangan bagi kaum hawa mempelajari silek.

"Silek untuk perempuan umumnya tidak ditampilkan. Untuk orang Minang itu perempuan harus tetap dilindungi. Memang yang belajar silek 95 persen laki-laki, tetapi untuk perempuan tidak ada larangan," ungkap dia.

Silek menjadi sumber dari banyak aspek kearifan lokal orang Minangkabau. Karena ada silek, lahirlah Tari Minang, randai dan lainnya. Melalui silek, orang Minangkabau banyak belajar tentang kehidupan dan inilah yang coba dihidupkan kembali melalui penyelenggaraan Silek Arts Festival.

Tahun ini, Silek Arts Festival berlangsung sejak 7 September lalu hingga 30 November mendatang. Selain menampilkan atraksi silek (silat) yang ada di ranah Minang, kegiatan ini juga diwarnai agenda kebudayaan lain terkait silek, seperti teater pameran foto, film dokumenter dan seminar.

Ada delapan kabupaten dan kota yang ikut berpartisipasi yakni Kota Padang, Kota Sawahlunto, Kota Padang Panjang, Kota Bukittinggi, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Payakumbuh, Kabupaten Solok, dan Kabupaten Padang Pariaman.

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018