Tentu situasi ini akan membuat Go-Jek berada dalam posisi dilematis

Jakarta, (ANTARA News) - Penerapan tarif terlalu rendah dan banjir promo penyedia aplikasi transportasi daring Grab dinilai berpeluang menciptakan perang tarif yang harus diwaspadai.

"Jika dibiarkan dan benar terjadi, mau tidak mau akan menyeret Go-Jek sebagai satu-satunya kompetitor di bisnis jasa transportasi daring berbasis aplikasi ini," kata pengamat kebijakan publik Universitas Indonesia Harryadin Mahardhika saat dihubungi Senin, menanggapi tudingan kelompok mitra pengemudi kepada Grab soal tarif predator.

Menurut dia, langkah itu karena Grab masih punya kekhawatiran pasar dan mencoba mengejar Go-Jek dengan melempar berbagai promo yang memicu perang tarif karena ada asumsi Go-Jek sudah mampu menerapkan tarif yang bisa menjamin kesejahteraan pengemudi.

Oleh karena itu, ia memperkirakan strategi perang tarif dari Grab bisa tak bertahan lama jika Go-Jek mampu menahan gempuran tersebut.

Harryadin mengibaratkan perang tarif yang terjadi dengan 'Game Theory'. “Ketika kompetitor yang ditantang perang tarif mampu bertahan dari gempuran, justru yang akan merugi adalah si pemulai perang tarif,” ujar pengajar di Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia ini.

Baca juga: Go-Jek dinilai lebih matang sejahterakan pengemudi

Ia menilai, ekosistem bisnis yang dibangun Go-Jek saat ini sudah pada trek yang benar sehingga diharapkan perang tarif tak akan terjadi.

"Saya melihat ekosistem dan eksistensi Go-Jek saat ini lebih matang ketimbang kompetitornya. Sehingga, kalau mampu bertahan, maka ‘Game Theory’ akan terjadi," kata Harryadin
.
Hanya, jika harus bertahan dari serangan tarif murah, tambahnya, tak ada yang tahu seberapa lama Go-Jek mampu menahan. Di satu sisi, skema Go-Jek sebenarnya sudah mampu menjamin kesejahteraan pengemudi, sehingga minim komplain.

Baca juga: Kementerian Perhubungan ancam bekukan operator transportasi daring

Tapi di sisi lain, mereka juga harus menghadapi ancaman perang tarif dan promo yang agresif dari kompetitor. “Tentu situasi ini akan membuat Go-Jek berada dalam posisi dilematis,” ujarnya.

Karenanya, kata dia, sangat mungkin akhirya Go-Jek pun terpaksa harus melakukan penyesuaian untuk menghadapi gempuran tersebut, dengan cara ikut melakukan penyesuaian tarif dan menaikkan intensitas promo. Akibatnya, perang tarif di bisnis transportasi daring ini tak terhindarkan lagi.

Sebelumnya, kelompok mitra pengemudi ojek daring menuding Grab telah menerapkan sistem tarif yang terlalu rendah. "Kami melihat tarif terlalu rendah dan promo terlalu banyak. Ini kan tindakan tarif predator dan bisa mematikan angkutan alternatif lain," kata Presidium Gerakan Aksi Roda Dua (GARDA) Igun Wicaksana.

Igun memberikan contoh, salah satu promo yang paling fantastis dari perusahaan penyedia jasa transportasi daring berbasis aplikasi asal Malaysia ini adalah penerapan ongkos Rp1.

Dia menilai penerapan harga terlalu rendah, membuat iklim bisnis menjadi tidak sehat. Pengenaan ongkos terlalu murah untuk konsumen akan memicu perang tarif, yang akhirnya lebih banyak merugikan mitra pengemudi.

Baca juga: Pengemudi tuding aplikator pakai tarif predator
Baca juga: YLKI dukung pemerintah bekukan operator transportasi daring
Baca juga: Ini kata Kemenhub soal aksi ricuh pengemudi Grab

Pewarta: Edy Sujatmiko
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2018