Dunia sekarang ini lebih panas suhu buminya dengan 1 derajat Celsius dibandingkan dengan keadaan pra industri

Jakarta, (ANTARA News) - Cendekiawan Emil Salim yang merupakan anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) mengemukakan bahwa menjelang 2030, Indonesia menghadapi tiga tantangan lingkungan yang serius mulai dari gempa bumi, perubahan iklim hingga ancaman terhadap keanekaragaman hayati.

"Dunia sekarang ini lebih panas suhu buminya dengan 1 derajat Celsius dibandingkan dengan keadaan pra industri," kata Emil yang juga merupakan ekonom dalam diskusi publik Sains di Medan Merdeka: Merawat Biodiversitas Indonesia, Merawat Masa Depan di Perpustakaan Nasional RI, Jakarta, Senin.

Dalam pemaparannya di diskusi publik terkait pengarusutamaan biodiversitas Indonesia untuk pembangunan yang berkesinambungan, Emil mengelompokkan tiga tantangan itu yakni pertama adalah gempa bumi, tsunami dan semburan gunung berapi. Kedua adalah perubahan iklim dengan dampak naiknya permukaan laut, banjir, gangguan musim tanaman dan sebagainya.

Ketiga adalah ancaman erosi keanekaragaman hayati akibat terabaikan fungsi dan peranannya dalam pola pembangunan.

Para ilmuwan Indonesia tentu memiliki pengetahuan terkait ancaman tersebut dan pembangunan Indonesia, namun Emil mengatakan perlu adanya mekanisme yang mendorong hasil kajian ilmuwan bisa sampai di tangan pemerintah yang merupakan pembuat kebijakan pada pembangunan bangsa.

Menurut dia, mekanisme itu bertujuan mempertemukan pengetahuan ilmuwan Indonesia dengan para pembuat kebijakan dalam upaya pembangunan nasional dan pemeliharaan biodiversitas, misalnya, pembuatan jalan dan rumah dapat memperhatikan potensi gempa di suatu wilayah.

"Para ilmuwan kita tahu banyak, yang mungkin kurang adalah memanfaatkan pengetahuan yang sama-sama kita miliki untuk target tertentu, bisa tidak tantangan 2030 ini kita targetkan agar Tanah Air Indonesia tidak tenggelam karena ancaman gempa, perubahan iklim dan sebagainya," ujarnya.

Dia menuturkan tantangan yang ada itu dapat menyebabkan antara lain es mencair, laut naik, tanah turun dan banjir sehingga ketika pemukaan air laut naik maka sebagian wilayah Indonesia akan tenggelam, untuk itu perlu adanya tindakan baik skala nasional maupun internasional untuk mencegah hal itu terjadi.

"Ada ilmuwan yang tahu itu tapi jembatan antara pengetahuan ilmuwan dan policy maker (pembuat kebijakan) ada 'missing' (hilang), ada 'gap'," ujarnya.

Selain itu, dia mengatakan menjelang 2030 generasi milenial masa kini punya peranan penting dalam menjawab tiga tangangan lingkungan hidup itu.

Dia mengatakan puncak krisis ketiga ancaman itu adalah pada 2030 yang mana generasi mileneal masa kini memegang peranan yang menentukan untuk masa depan bangsa.

"Karena itu sudah seyogyanya apabila para cendikiawan muda generasi milenial masa kini diharap bisa menyiapkan diri menanggapi tiga tantangan masa depan ini," tuturnya.

Dia juga menekankan dalam melakukan upaya konservasi terutama biodiversitas, perlu banyak kerja sama antarpihak termasuk pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dunia swasta dan masyarakat.

Baca juga: Ilmuwan: pemanasan global percepat tenggelamnya Pulau Tikus
Baca juga: Harrison Ford: Paris Agreement tergantung Hutan Sumatera

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018