Makassar, (ANTARA News) - Pada 29 September 2018, Asrama Haji Sudiang, Makassar, Sulawesi Selatan yang biasanya hanya ramai dan riuh menjelang hingga berakhirnya pelaksanaan ibadah haji, mendadak sibuk karena kedatangan pengungsi korban gempa Palu yang terus mengalir hingga tidak jarang memunculkan kepanikan.

Ya... pada hari itu, para pengungsi korban bencana gempa dan tsunami Donggala, Sigi dan Palu, Sulawesi Tengah, mulai berbondong-bondong masuk dan ditampung di tempat tersebut sementara waktu menunggu pulihnya daerah para korban.

Tidak hanya pengungsi, suasana hari itu semakin ramai dengan hadirnya sejumlah relawan yang diturunkan dan ditugaskan secara khusus untuk memberikan pertolongan bagi para korban yang tengah dalam kondisi tidak menentu.

Selain tim medis dari dinas kesehatan, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan juga menurunkan relawan yang berasal dari Taruna Siaga Bencana (Tagana) Sulsel.

Tim reaksi cepat Dinas Sosial Sulsel ini langsung mengambil peran masing-masing mulai dari pendataan korban, dapur umum, hingga masalah pendistribusian logistik atau bantuan yang berasal dari pemerintah, swasta dan masyarakat umum.

Untuk masalah penyaluran logistik dan dapur umum hasil sumbangan masyarakat dan pemerintah, Tagana Sulsel mempercayakan pada sosok Jalaluddin.

Pria kelahiran 27 Desember 1975 itu mengakui jika tugasnya sebagai koordinator logistik di Posko Asrama Haji Sudiang memang terfokus bagaimana menjamin bahan makanan hasil sumbangan kaum dermawan dapat sampai dan dirasakan para pengungsi baik yang berada di posko di Makassar ataupun di beberapa titik lokasi pengungsian di Sulawesi Tengah.

"Jadi tugas kami itu bagaimana agar bantuan dari dermawan bisa sampai dan dirasakan para pengungsi yang memang begitu membutuhkan makanan," katanya.

Pria yang sudah bergabung bersama Tagana Sulsel sejak 2014 itu mengakui jika awal-awal pengaktifan posko Asrama Haji memang masih banyak yang perlu ditingkatkan. Termasuk bagaimana menangani dengan segera bantuan yang datang begitu deras dari masyarakat Makassar dan sekitarnya.

Hal ini penting mengingat kondisi korban gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah, ketika itu begitu membutuhkan bantuan khususnya bahan makanan, minuman, obat-obatan, selimut, pakaian dan keperluan bayi yang berstatus sangat mendesak.

Sementara untuk menyalurkan bantuan yang terus berdatangan dan telah menggunung di Posko Asrama Haji, tentunya butuh transportasi bukan hanya kapal atau pesawat, namun juga kendaraan sejenis truk guna menawarkan bantuan itu menembus jalur darat ataupun mengirimkannya ke pelabuhan, selanjutnya diangkut menggunakan kapal.

"Iya, sumbangan masyarakat begitu besar untuk saudara kita yang terkena bencana di Sulawesi Tengah. Kami terus berupaya lebih keras agar sumbangan dan bantuan ini bisa sampai ke tujuan dan dapat dimanfaatkan para pengungsi," jelasnya.

Selama proses distribusi, dia mengakui sedikit terhambat. Selain karena minimnya truk yang bisa digunakan membawa bantuan ke lokasi gempa, juga dikarenakan pihak Pelindo juga sudah menutup penerimaan bantuan karena bantuan di tempat itu juga masih banyak dan belum diberangkatkan.

Jalaluddin bersama relawan yang lain bahkan harus bekerja hingga pukul 24.00 karena disesuaikan dengan kesiapan truk.

Bahkan begitu berharap para pengusaha atau pemilik truk agar bersedia menyumbangkan truknya mengangkut bantuan masyarakat.

Persoalan keterbatasan truk memang cukup dirasakan para relawan dalam menyalurkan bantuan. Sebab kadang kala hanya bisa mengirimkan sebanyak tiga truk bantuan sampai sore hari.

"Untuk tenaga relawan kita cukup, begitupun barang atau bantuan yang akan dikirimkan begitu banyak. Namun kita kesulitan karena truk yang terbatas sehingga membuat proses penyaluran bantuan masyarakat yang sudah bertumpuk tidak maksimal," katanya.

Bantu Langsung

Posko bencana di Asrama Haji Sudiang Makassar, Sulawesi Selatan, juga menerima layanan permintaan bantuan secara langsung dari para korban dan pengungsi asal Palu, Sigi dan Palu, Sulawesi Tengah yang mengungsi dibeberapa lokasi di Makassar.

Tim relawan mempersilahkan para pengungsi yang berada dibeberapa titik pengungsian di Kota Daeng untuk mengambil kebutuhan di Asrama Haji jika sudah kehabisan stok di tempat masing-masing.

"Dibeberapa lokasi pengumpulan bantuan memang kadang tidak memberikan layanan langsung ke korban yang ada di Makassar.Namun untuk posko bantuan Asrama Haji, kita tetap layani sesuai kebutuhan," katanya.

Tim relawan yang bertugas di logistik hanya meminta identitas dari pengungsi yang datang ke tempat itu untuk dipastikan apakah memang merupakan pengungsi dari Palu dan Donggala.

Tim juga melayani berbagai kebutuhan yang diminta para pengungsi baik itu makanan, minuman ataupun obat-obatan.

Salah satu pengungsi yang sempat datang langsung meminta bantuan di Asrama Haji bernama Paulus, mengakui sengaja datang ke tempat itu setelah mendapatkan informasi dari beberapa posko yang telah lebih dulu didatangi.

"Jadi kami hanya memeriksa dan melihat identitas orang yang datang untuk meminta bantuan. Jika memang punya identitas lengkap dan jelas, dan benar merupakan pengungsi maka kami akan melayani sesuai kebutuhan mereka," jelasnya.

Apresiasi

Kementerian Sosial Republik Indonesia memberikan apresiasi atas langkah penanganan yang dilakukan Pemprov Sulsel khususnya tim reaksi cepat Tagana Sulsel dalam mengurus pengungsi yang berasal dari Sulawesi Tengah.

"Patut diapresiasi langkah-langkah yang telah diambil oleh Pemprov Sulsel, baik Dinas Sosial maupun unit kerja lain. Apresiasi karena kebutuhan dasar sudah terpenuhi, sandang, pangan dan lainnya," kata Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kemensos RI, Harry Hikmat, saat berkunjung ke lokasi pengungsian di Asrama Haji Sudiang Makassar.

Selain itu, Harry juga meminta agar Layanan Dukungan Psikososial lebih diintensifkan. Bukan hanya bagi anak-anak saja, tetapi juga bagi pengungsi dewasa.

"Persoalan psikologis perlu diberikan penanganan. Trauma healing sangat penting, termasuk bagi orang dewasa," jelasnya.

Kemensos juga mengimbau kepada warga Sulawesi Tengah yang mengungsi, untuk bisa menyiapkan diri kembali ke wilayah mereka.

"Pesan bapak Mensos, masyarakat yang berasal dari Sulteng. Jika kondisi di sana sudah aman dan ada mekanisme yang diambil Pemda. Diimbau kembali ke Palu," sambung dia.

Untuk waktu sendiri, menurut Harry, sangat relatif, bergantung seperti apa kondisi di Palu dan sekitarnya.

Menurut Harry, Pemerintah Daerah Sulawesi Tengah sedang menyiapkan hunian sementara bagi masyarakat yang kehilangan tempat tinggalnya. "Ada Huntara (hunian sementara red.) yang disiapkan. Makanya bangun terus komunikasi dengan keluarga di sana," ujarnya.


Pewarta: Abdul Kadir
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018