Makasar (ANTARA News) - Wakil Perdana Menteri Malaysia, Dato Sri Mohd Najib bin Tun Abdul Razak, menekankan, meskipun hubungan Indonesia - Malaysia mengalami pasang surut, namun ia menyatakan keyakinannya hubungan akan tetap bertahan karena faktor pemersatu kerukunan bangsa dan aqidah.
"Meskipun hubungan Indonesia dan Malaysia pasang surut tetapi sebagai suatu hubungan saya katakan kekal bertahan, karena faktor pemersatu kerukunan bangsa dan aqidah," kata Wakil PM Malaysia Dato Sri Mohd Najib bin Tun Abdul Razak dalam pidatonya pada pemberian Gelar Doktor Kehormatan bidang ekonomi politik di Universitas Hasanuddin (Unhas) Makasar, Senin.
Oleh karena itu, kata Dato Najib, diperlukan usaha yang terus menerus untuk memupuk dan mengeratkan hubungan kedua negara.
Dato Najib mengharapkan hubungan RI-Malaysia terus berlangsung, tidak terguntung pada faktor dan terbatas pada perasaan sentimen atau aqidah semata, tetapi lebih pragmatis dan saling menguntungkan menjalin hubungan untuk tempo 50 tahun mendatang.
"Marilah kita mengokohkan hubungan ini (Indonesia-Malaysia) dengan memupuk kepentingan strategis yang berasas kepentingan bersama bersifat ekonomi, sosiobudaya, politik, pendidikan dan lainnya. Dengan ini maka kita akan bisa merobohkan tembok-tembok yang menjadi rintangan dan halangan bagi hubungan kedua negara," kata Dato Najib.
Dato Najib memaparkan bahwa antara kedua negara memiliki kekuatan dan kelebihan masing-masing. Indonesia tambah Dato Najib memiliki kekuatan pada luasnya lahan, sumber daya alam dan sumber daya mineral.
Sedangkan untuk Malaysia, tambahnya, memiliki kelebihan dalam modal, teknologi dan managemen.
"Kalau kekuatan kedua negara disatukan, yang saling menguntungkan maka kedua negara akan makin kokoh dan mantap," kata Dato Najib yang disambut tepuk tangan meriah.
Menyangkut hubungan kedua negara yang sering mengalami pasang surut, Dato Najib mengibaratkan seperti hubungan suami isteri. Namun, katanya, perbedaan-perbedaan tersebut harus diminimalisir.
Dato Najib juga mengungkapkan falsafah Bugis Makasar, bahwa jika ada perbedaan maka bisa diselesaikan dengan tiga cara. Yakni, pertama, bujung lidah atau perundingan. Kedua, bujung kawin atau perkawinan dan ketiga, bujung keris atau melalui perang.
"Tapi bagi kita tak perlu sampai bujung keris (perang), tapi pada tahap bujung lidah, berunding dan bujung anunya itu saja," kata Dato Najib.
"Tapi bagi saya untuk bujung kawin tak sampai,karena tak bisa permisinya (tak diberi ijin isteri), kalaupun saya mau sampai bujung kawing, permisinya tak bisa," kata Dato Najib yang disambut tawa.
Dalam acara pemberian gelar doktor kehormatan ini juga hadir Wapres Jusuf Kalla, Wakil Ketua MPR Aksa Mahmud, Mendiknas Bambang Sudibyo, Menteri Perindustrian Fahmi Idris dan Menteri Kelautan Freddy Numberi. (*)
Copyright © ANTARA 2007