Pekalongan (ANTARA News) - Para pengusaha batik dan pembatik kelas kecil dan menengah di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah (Jateng), menyatakan bahwa mereka menolak rencana program konversi minyak tanah ke gas elpiji (Liquid Petroleum Gas/LPG), karena akan menyulitkan proses produksi batik. Salah seorang pembatik, H. Maskyur, di Pekalongan, Senin, mengatakan bahwa selama ini para pembatik sudah terbiasa menggunakan kompor minyak tanah untuk melelehkan lilin dan pengeringan dalam proses pembatikan sebab nyala api mudah diatur. "Karena itu, kami tidak mau berganti ke gas elpiji karena penggunaan gas itu justru akan lebih menyulitkan para perajin batik," katanya. Yasir Ahmad, yang juga pembatik di Pekalongan, mengatakan bahwa Pemerintah Pusat seharusnya mau turun ke bawah sebelum memberlakukan program konversi minyak tanah ke gas elpiji, karena jika program itu dipaksakan di daerah Pekalongan, maka bisa mengancam kelangsungan usaha kerajinan batik yang mempunyai modal terbatas. "Jika program konversi ini dipaksakan maka biaya produksi akan membengkak, sedangkan saat ini daya beli dari masyarakat masih stagnan sehingga akibatnya bisa mengancam perajin yang mempunyai modal pas-pasan," katanya. Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kabupaten Pekalongan, Nurbalistik, menyatakan bahwa siap menampung dan memfasilitasi aspirasi para pengusaha kecil terhadap adanya rencana program konversi minyak tanah ke gas elpiji. "Jika program konversi itu dinilai memberatkan pengusaha kecil, maka kami akan mengusulkan kepada pemerintah agar tidak gegabah merealisasikan kebijakan itu dalam waktu dekat," kata Nurbalistik. Sementara itu, Plt. Sekretaris Daerah Kabupaten Pekalongan, Abdul Chamid, mengemukakan bahwa sampai saat ini Pemerintah Kabupaten Pekalongan belum mendapat instruksi dari Pemerintah Pusat terhadap soal realisasi program tersebut. "Kami belum mendapatkan penjelasan resmi dari Pemerintah Pusat soal prpgram konversi itu," katanya. Menanggapi tentang kelangkaan minyak tanah, ia menyatakan, hal tersebut bukan akibat pengurangan pasokannya. "Sampai saat ini, kami belum ada pemberitahuan dari Pertamina tentang pengurangan minyak tanah," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007