Surabaya (ANTARA News) - Kepala Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya Komisaris Besar Polisi Rudi Setiawan menyampaikan informasi terbaru jumlah penonton yang menjadi korban meninggal saat menyaksikan pertunjukan drama kolosal "Surabaya Membara" pada Jumat (9/11) malam sebanyak tiga orang.
"Kalau korban luka-luka ada delapan orang, satu di antaranya sudah diperbolehkan pulang," kata Kombes Rudi kepada wartawan di Surabaya, Sabtu dini hari.
Namun, Polrestabes Surabaya masih belum merilis identitas keseluruhan korban. Kapolrestabes hanya menyebut tujuh korban luka-luka yang masih dirawat semuanya mengalami retak tulang.
"Ada yang retak pada tulang tangannya, retak tulang kaki, dan lain sebagainya. Tujuh korban luka ini semuanya dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soewandhie Surabaya," tambahnya.
Para korban tersebut berada di atas viaduk rel kereta api di Jalan Pahlawan Surabaya untuk menyaksikan pertunjukan drama kolosal Surabaya Membara, yang digelar dalam rangka memperingati Hari Pahlawan, hingga kemudian kereta api melintas pada sekitar pukul 19.45 WIB.
"Itu adalah kereta api barang yang melintas di viaduk Jalan Pahlawan. Berangkat dari Sidoarjo, lalu singgah di Stasiun Gubeng Surabaya dan kemudian menuju ke Stasiun Pasar Turi Surabaya," ujar Rudi.
Para korban itu memilih menyelamatkan diri dengan cara melompat dari viaduk berukuran sempit setinggi 6 meter itu untuk terhindar dari tertabrak kereta api.
Menurut Rudi, dari tiga korban yang meninggal dunia, salah satunya ditemukan tewas setelah tertabrak kereta api di atas viaduk.
"Ini menjadi keprihatinan bagi kita semua. Masyarakat harus dibangun kesadarannya bahwa jalur kereta api itu adalah lintasan khusus yang tidak boleh sembarangan dipergunakan selain untuk kepentingan kereta api," tuturnya.
Baca juga: Polisi selidiki kelalaian panitia pascatragedi "Surabaya Membara"
Baca juga: Drama kolosal "Surabaya Membara" tanpa izin
Baca juga: Round up - Drama kolosal itu jadi tragedi
Baca juga: KAI: Tidak ada koordinasi kegiatan drama kolosal
Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo/Hanif N
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018