Singapura,  (ANTARA News) - Pelatih tim nasional sepak bola Singapura Fandi Ahmad mengakui, kunci kemenangan timnya atas Indonesia pada laga Grup B Piala AFF 2018, Jumat, adalah keberhasilan menghentikan pemain sayap Indonesia.

Fandi mengatakan, dengan mengunci dua pemain sayap tim Garuda, julukan timnas Indonesia, yakni Febri Hariyadi dan Irfan Jaya, Indonesia tidak bisa mengembangkan permainan.

"Indonesia memiliki pemain sayap yang cepat dan berbahaya jika diberikan ruang. Kami pun menghentikan suplai bola kepada mereka," ujar Fandi usai laga kontra Indonesia di Stadion Nasional, Singapura, Jumat.

Menurut pelatih yang pernah menangani klub Indonesia Pelita Jaya itu, bola tidak bisa sampai ke sayap karena dia menginstruksikan timnya menekan gelandang tengah Indonesia.

Hal ini dilakukan dengan baik oleh anak-anak asuhnya. Dan kalau Febri atau Irfan Jaya akhirnya mendapatkan bola, pertahanan Singapura berhasil menghentikan mereka dengan kerja sama yang solid dan kompak.

"Kami bermain kolektif dan menutup rapat pertahanan kami," tutur Fandi.

Dan, salah satu pemain yang dianggapnya vital dalam strategi tersebut yakni sang kapten Hariss Harun. Hariss, sang pencetak gol kemenangan Singapura, dianggap Fandi berlaga dengan cemerlang dan sukses mempersempit ruang lini tengah Indonesia.

"Kapten kami bermain solid dan selalu berusaha merebut bola. Dia seolah berada di semua sisi lapangan dalam laga tadi," kata Fandi.

Gol tunggal Singapura dicetak oleh sang kapten Hariss Harun pada menit ke-37.

Kekalahan itu membuat Indonesia untuk sementara berada di peringkat ketiga klasemen Grup B, di bawah pemimpin klasemen Thailand yang menundukkan Timor Leste dengan skor 7-0, Jumat (9/11) dan Singapura di peringkat kedua. Timor Leste sendiri bertengger di peringkat keempat.

Tim lainnya di Grup B, Filipina baru memainkan laga perdananya pada Selasa (13/11), melawan Singapura.

Berikutnya di Grup B, Selasa (13/11), Indonesia akan menghadapi Timor Leste di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta.

Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2018