meningkatnya aktivitas kegempaan di Mamasa ini terpicu oleh aktivitas gempa kuat di Palu-Donggala Magnitudo 7,4

Makassar (ANTARA News) - Peningkatan gempa tektonik di wilayah Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat selama sepekan ini menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), berkaitan erat dengan reaktivasi aktivitas Sesar Saddang.

"Dengan memperhatikan distribusi aktivitas gempa Mamasa, tampak ada kesesuaian dengan keberadaan struktur Sesar Saddang. Klaster sebaran aktivitas gempa terkonsentrasi pada zona jalur sesar ini," kata Koordinator Gempa Bumi Balai Wilayah IV Makassar Jamroni di Makassar, Jumat.

Dalam Peta Geologi Sulawesi, lanjut dia, jalur Sesar Saddang melintas dari pesisir Pantai Mamuju Sulawesi Barat memotong diagonal melintasi daerah Sulawesi Selatan bagian Tengah lalu ke Sulawesi Selatan bagian Selatan, selanjutnya bersambung dengan Sesar Walanae.

Di wilayah Mamasa, pada perlintasan jalur Sesar Saddang yang arahnya dari barat laut ke tenggara inilah, jelas dia, aktivitas gempa beruntun saat ini terjadi.

Ia mengatakan berdasarkan ulasan analisis dari Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG pusat Rahmat Triyono, aktivitas gempa Mamasa Sulbar dalam sepekan tercatat sebanyak 217 kali.

"Skala guncangannya didominasi magnitudo kurang dari 4,0, hingga yang tertinggi 5,5 magnitudo. Dari sebanyak 217 gempa yang terjadi, hanya 3 gempa saja yang memiliki magnitudo sekitar 5,0," ujarnya.

Berdasarkan analisis mekanisme sumber tiga gempa signifikan berkekuatan 5,0 (Skala Richter/SR) itu, menunjukkan bahwa ketiga gempa ini bergerak mendatar dengan pergerakan geser mengiri.

Sehingga bisa disimpulkan bahwa peningkatan aktivitas gempa di wilayah Mamasa ini memang berkaitan dengan aktivitas Sesar Saddang yang pergeserannya mengiri (sinistral strike-slip).

Menurut dia, meningkatnya aktivitas gempa di wilayah Mamasa, ada dua sebab. Pertama, struktur Sesar Saddang memang dikenal sebagai sesar aktif, tetapi sudah lama tidak memicu aktivitas gempa yang signifikan.

Sehingga wajar jika saat ini Sesar Saddang dalam fase akumulasi stress maksimum dan saatnya melepaskan energinya yang dimanifestasikan sebagai aktivitas gempa yang beruntun kejadiannya, ujarnya.

Kedua, ada dugaan bahwa meningkatnya aktivitas kegempaan di Mamasa ini terpicu oleh aktivitas gempa kuat di Palu-Donggala Magnitudo 7,4.

Sangat mungkin transfer stress statis yang positif dan besar mereaktivasi struktur Sesar Sadang yang letaknya di selatan Sesar Palu Koro, jelasnya.

Hasil analisis Static Coulomb Stress Changes gempa Palu-Donggala dapat menjelaskan fenomena kemungkinan terjadinya picuan ini.

Beruntun

BMKG menyatakan, gempa tektonik di Mamasa yang terjadi secara beruntun sejak sepekan lalu, hingga saat ini belum berakhir.

Aktivitas gempa tektonik ini dimulai sejak Sabtu, 3 November 2018. Gempa yang pertama kali ini terjadi dengan magnitudo 3,7 pada pagi dini hari pukul 3.40.38 Wita.

Pada hari pertama tercatat kejadian sebanyak 17 gempa. Gempa paling kuat yang terjadi memiliki magnitudo 4,9. Dampak gempa berupa guncangan dirasakan di wilayah Mamasa dalam skala intensitas III-IV MMI, di Mamuju II MMI dan Toraja III MMI.

Hari kedua, Minggu, (4/11) jumlah aktivitas gempa menurun hanya sebanyak delapan gempa dalam sehari. Gempa paling kuat memiliki magnitudo 4,7 yang dirasakan di Mamasa III-IV MMI, Mamuju II MMI, Toraja III MMI.

Hari ketiga, Senin (5/11), gempa masih terus terjadi, namun jumlah aktivitas gempanya menurun hanya sebanyak enam kali gempa. Pada hari ketiga ini kekuatan gempanya cenderung melemah karena magnitudo hanya berkisar antara 2,0 hingga 3,0.

Pada hari keempat, Selasa (6/11), tanpa diduga jumlah aktivitas gempa meningkat tajam hingga mencapai sebanyak 52 gempa dalam sehari. Gempa paling kuat mencapai magnitudo 5,5 pada pagi dini hari pukul 2.35.53 Wita.

"Ini adalah gempa dengan dampak guncangan paling kuat. Gempa di hari keempat ini dirasakan di wilayah yang luas seperti di wilayah Mamasa mencapai skala intensitas IV MMI, Mamuju, Toraja, Polewali, dan Majene III-IV MMI, bahkan hingga di Palopo III MMI," katanya.

Memasuki hari kelima, Rabu (7/11), gempa masih terus terjadi dengan jumlah gempa mencapai sebanyak 47 gempa dalam sehari. Gempa paling kuat terjadi dengan magnitudo 5,0 pada pagi hari pukul 5.42.26 Wita. Gempa ini dilaporkan dirasakan di Mamuju dan Mamasa mencapai skala intensitas III-IV MMI.

Hari keenam, Kamis (8/11) aktivitas gempa terus meningkat yang ditandai dengan aktivitas gempa mencapai sebanyak 67 gempa dalam sehari.

Gempa paling kuat terjadi dengan magnitudo 5,1 yang terjadi pada pukul 21.40.15 Wita. Gempa ini dirasakan dalam spektrum guncang dalam wilayah yang luas, seperti di wilayah Mamasa dalam skala intensitas IV MMI, Mamuju, Toraja, Toraja Utara, Polewali mandar, Majene III MMI, dan Pasangkayu II MMI.

Hingga hari ketujuh, Jumat (9/11), aktivitas gempa masih terjadi. Jumlah sementara sejak dinihari tadi sudah tercatat sebanyak 20 gempa. Melihat tren frekuensi gempa yang terjadi, tampaknya aktivitas gempa di Mamasa masih akan berlanjut.

"Berdasarkan data di atas, tampak bahwa total aktivitas gempa Mamasa sejak tanggal 3 hingga 9 November 2018 sudah terjadi sebanyak 217 gempa. Sebanyak 39 gempa di antaranya adalah gempa yang dampak guncangannya dirasakan oleh masyarakat," terangnya.

Peningkatan Aktivitas

Memperhatikan tren frekuensi kejadian gempa yang terjadi, tampak ada kecenderungan sebuah peningkatan aktivitas kegempaan di wilayah Mamasa.

BMKG telah memonitor aktivitas gempa susulan di Mamasa dengan memasang portable digital seismograf.

Jika jumlah aktivitas gempa pada tiga hari pertama hanya sebanyak 31 gempa, maka pada tiga berikutnya jumlah aktivitas gempa melonjak menjadi 116 gempa.

"Artinya, dalam waktu sepekan telah terjadi peningkatan jumlah aktivitas gempa yang sangat signifikan. Aktivitas gempa paling banyak terjadi pada hari Kamis 8 November 2018 yang mencapai sebanyak 67 gempa dalam sehari," katanya.

Meskipun belum ada laporan terjadinya kerusakan bangunan rumah sebagai akibat dampak gempa, tetapi dengan makin seringnya terjadi gempa dirasakan di wilayah ini telah membuat masyarakat Mamasa dan sekitarnya menjadi resah.

Kabupaten Mamasa selama ini memang termasuk kawasan aktivitas kegempaan rendah (low seismicity) dimana catatan gempa merusak di daerah ini sangat jarang. "Sehingga wajar jika masyarakat menjadi resah akibat adanya aktivitas gempa yang dinilai tidak lazim ini," katanya.

Terkait meningkatnya aktivitas kegempaan di Mamasa, dilaporkan beberapa warga sempat mengungsi ke Wilayah Toraja dan daerah lainnya karena adanya kekhawatiran akan terjadi gempa kuat.

Untuk menciptakan ketenangan masyarakat di Mamasa, BMKG Pusat Jakarta sudah menugaskan dan memberangkatkan tim survei dari Balai Besar BMKG Wilayah IV Makassar untuk memberikan penjelasan dan sosialisasi mitigasi gempabumi.

Ini penting agar masyarakat setempat menjadi lebih waspada dan memahami cara-cara menyelamatkan diri saat gempa.

Untuk itu, kepada masyarakat Mamasa dan sekitarnya BMKG mengimbau agar tetap tenang dan waspada, tidak mudah terpengaruh oleh isu dan berita bohong (hoax) yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Baca juga: Gempa Mamasa membuat warga memilih tenda darurat
Baca juga: Serangkaian gempa guncang Mamasa

Pewarta: Muh Hasanuddin
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018