Tahun lalu saya ke Timtim juga nyekar orang Indonesia yang meninggal di Timor timur, ada banyak yang dimakamkan di Timor Timur. Saya nyekar di makam namanya Santa Crus yang gugur 1975 -1976 , semua pahlawan untuk Indonesia."Jakarta (ANTARA News) - Warakawuri eks Operasi Seroja Timor Timur meminta pemerintah memindahkan makam suami mereka yang gugur dan dimakamkan di wilayah yang saat ini sudah menjadi negara Timor Leste.
"Sebagian besar rekan kami, makam suaminya masih di sana, makanya barangkali pemerintah bisa membantu memindahkan beliau beliau, alangkah senangnya kami," kata salah seorang warakawuri Ninuk Sribadi saat silahturahim dengan Ibu Negara Iriana Joko Widodo dan istri Wapres Mufidah Jusuf Kalla serta para anggota OASE KK di Bekasi, Jumat.
Ninuk merupakan warakawuri Mayor Anumerta Suwarno dari TNI AD yang gugur pada 1977 di Timor Timur.
"Alhamdulillah makam suami saya masih bisa dipindahkan ke Jakarta pada tahun 1979, namun sebagian besar makam suami teman teman kami masih di sana, kalau bisa dipindahkan alangkah senangnya kami karena bisa ziarah langsung," katanya.
Ninuk bisa merasakan kesedihan teman temannya yang hingga saat ini makam suaminya masih di sana.
"Mereka hanya bisa berdoa dari jauh. Memang doa bisa dikirimkan dari mana saja tapi alangkah bahagianya anak cucunya kalau bisa melihat makam orang tuanya," katanya.
Dalam kesempatan itu Ninuk menyampaikan terima kasih kepada pemerintah yang telah memberikan bantuan kepada para pejuang Timtim dan para warakawurinya.
"Kami bisa membesarkan anak anak kami, mereka sekarang sudah berkeluarga, terima kasih pemerintah sudah memberikan tunjangan, pensiun, rumah, cukup tidak cukup alhamdulillah kami bisa menyekolahkan dan mengkuliahkan anak anak," katanya.
Sementara itu Ketua Penyandang Cacat Eks Operasi Seroja Ronny Muaya menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah menunjukkan empatinya kepada eks personel Operasi Seroja.
"Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dorongan, bantuan baik moril maupun materiil kepada kami eks Operasi Seroja dan para warakawuri," katanya.
Ronny adalah anggota Batalion 502 Linud Kostrad berpangkat kapten yang ditugaskan sebagai komandan kompi dalam Operasi Seroja di Timor Leste, saat itu masih bernama Timor-Timur.
Dalam kesempatan itu seorang pejuang yang sudah kehilangan salah satu kakinya juga meminta agar pihak berwenang segera merevisi UU tentang Veteran.
"UU Veteran sudah 42 tahun belum direvisi. Saya dan teman teman yang sudah kehilangan kaki, tangan, mata, tapi belum dapat veteran karena UU belum direvisi, " katanya.
Ia menyebutkan di seluruh Indonesia, saat ini ada sekitar 1.000 orang yang belum mendapat status veteran padahal pernah berperang dan kondisinya seperti dirinya.
"Kiranya bisa disampaikan kepada Presiden, kasihan kami sudah banyak yang meninggal, umur saya sekarang sudah 73 tahun kalau veteran turun Alhamdulillah," katanya.
Pada Jumat ini Ibu Negara Iriana Joko Widodo melakukan silaturahim dengan para warga Komplek Seroja Bekasi.
Iriana bercerita bahwa pada 2017 dirinya mengunjungi makam yang di lokasi itu banyak dimakamkan orang orang Indonesia.
"Tahun lalu saya ke Timtim juga nyekar orang Indonesia yang meninggal di Timor timur, ada banyak yang dimakamkan di Timor Timur. Saya nyekar di makam namanya Santa Crus yang gugur 1975 -1976 , semua pahlawan untuk Indonesia," katanya.
Komplek Seroja Bekasi merupakan lokasi tempat tinggal para pejuang perang murni yang berlangsung di Timor-Timur pada tahun 1975 hingga 1978, dan masih berlangsung sampai tahun 1990-an.
Lokasi itu ditempati oleh pejuang Operasi Seroja dari lintas matra baik AD, AL dan AU mulai dari bintara hingga perwira.
Di dalam kompleks itu juga dibentuk yayasan untuk mengakomodasi para veteran yang ada.
Bertepatan dengan hari Pahlawan 10 November 2018, OASE KK melalui Dharma Pertiwi melaksanakan kegiatan Bhakti Sosial sebagai wujud kepedulian Solidaritas OASE KK kepada para pejuang.
Kegiatan Bhakti Sosial diwujudkan melalui kegiatan senam bersama, pengobatan gratis, pelatihan menjahit, pelatihan membuat kue dan lain lain.
Pewarta: Agus Salim
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018