Dellys (ANTARA News) - Aljazair dilanda serangan bom bunuh diri kedua dalam tiga hari pada Sabtu ketika satu ledakan menghantam satu barak Angkatan Laut, dengan satu cabang Al Qaeda kemudian mengaku bertanggungjawab atas ledakan yang menewaskan paling tidak 30 orang itu.
Al Qaeda cabang Afrika utara mengaku bertanggungjawab atas serangan itu dan usaha pembunuhan terhadap Presiden Abdelaziz Bouteflika, Kamis di kota Batna, di daerah timur negara itu, kata stasiun televisi Al Jazeera, Minggu mengutip sebuah pernyataan kelompok itu yang dikirim melalui Internet.
Sebagian besar yang tewas dalam ledakan Sabtu itu terjadi di kota pelabuhan Dellys, 70km dari Aljirs, adalah anggota penjaga pantai, tapi kementerian dalam negeri mengatakan tiga warga sipil juga tewas dan banyak dari 47 yang cedera juga adalah warga sipil.
Pada Kamis, 22 orang tewas dan lebih dari 100 lainnya cedera ketika seorang pria meledakkan sebuah bom ke satu kerumunan orang yang sedang menunggu untuk bertemu Bouteflika di Batna.
Pada saat ini, sebuah kendaraan yang biasanya digunakan untuk mengirim pasokan ke barak-barak menerobos masuk sejauh 20 meter di dalam pangkalan itu sebelum meledak, kata para saksimata.
Laporan-laporan awal menyebutkan para penyerang membajak kendaraan.
Ledakan-ledakan kuat menghancurkan gedung-gedung yang merupakan barak-barak itu.
Puing-puing kayu, logam dan pakaian serta kopor-kopor berserakan di sekitar pelabuhan itu sementara satu armada ambulans dengan sirene yang meraung-raung membawa mereka yang cedera dan helikopter-helikopter terbang rendah di atas lokasi itu.
Dellys ditutup dan penjagaan keamanan dilakukan di sekitar pelabuhan itu sementara polisi anti teroris memeriksa puing-puing.
Dewan Keamanan PBB, Prancis, Spanyol dan Uni Eropa semuanya mengecam serangan bom itu.
Dubes baru Prancis untuk PBB Jean Maurice Ripert, yang memimpin Dewan Keamanan PBB bulan ini, menyatakan bahwa para anggota Dewan Keamanan, Sabtu mengeluarkan sebuah pernyataan mengecam "semua aksi teroris."
Al Jazeera tidak memberikan penjelasan tambahan mengenai pernyataan dari Gerakan Al Qaeda di Negara-Negara Maghreb, dan tidak mungkin segera memperoleh satu fotokopi.
Para anggota kelompok garis keras Islam dari cabang yang mendukung Al Qaeda di Afrika utara mengakui bertanggungjawab atas serangan-serangan bom lain belum lama ini.
Kelompok "Salafist Group for Preaching and Combat" (GSPC) berjanji akan setia kepada Osama bin Laden dan menamakan diri mereka Gerakan Al Qaeda di Maghreb, yang memicu kekuatiran Barat bahwa kelompok garis keras Islam itu memperoleh tempat berpijak di Afrika utara dari mana mereka akan melancarkan serangan di Eropa dan daerah lainnya.
PM Abdelaziz Belkahden mengatakan: "Mereka yang melancarkan serangan-serangan ini gagal dalam 17 tahun belakangan ini dalam usaha yang tidak berhasil untuk menggoyahkan stabilitas negara ini, dan mereka tidak pernah berhasil," kata Belkhadem.
Bouteflika tampil di televisi setelah serangan-serangan Kamis untuk mengutuk "para penjahat" yang terlibat serangan itu dan berikrar akan meneruskan kebijakan rekonsiliasi nasionalnya.
Prakarsa ini bertujuan untuk mengintegrasikan para aktivis Islam yang meninggalkan aksi kekerasan yang melanda negara itu sejak militer melakukan campur tangan tahun 1992 untuk membatalkan pemilu yang dimenangkan satu partai fundamentalis.
Perang saudara pada tahun 1990-an menewaskan lebih dari 150.000 orang.
Sekitar 2.000 gerilyawan dibebaskan dari penjara dan pihak berwenang mengatakan sekitar 300 orang menyerah, memperoleh pengampunan dari presiden. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007