Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah pada pekan depan diperkirakan bergerak dalam kisaran sempit antara Rp9.380 sampai Rp9.420 per dolar AS akibat tidak adanya faktor segar di pasar uang. "Belum ada faktor baru yang segar bisa menarik rupiah berada dalam kisaran yang melebar, karena itu mata uang lokal cenderung pergerakannya menyempit," kata pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, di Jakarta, akhir pekan ini. Pergerakan rupiah yang menyempit itu, menurut dia, karena pelaku masih menunggu keputusan bank sentral AS (The Fed) apakah akan jadi menurunkan suku bunganya. Bila terjadi penurunan, keputusan the Fed bisa mempengaruhi Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga acuan menjadi 8 persen itu, yang tentunya juga mempertimbangkan laju inflasi pada bulan September. Pada pekan lalu, katanya, rupiah sempat menguat hingga di bawah level Rp9.400 per dolar AS (Rabu 5/9) meski tidak berlangsung lama, karena pada sesi berikutnya kembali melemah hingga mencapai Rp9.420 per dolar AS. Kondisi itu menunjukkan di pasar belum ada faktor yang berpengaruh untuk penguatan rupiah, meski dolar AS terhadap yen dan euro melemah, katanya. Sementara itu, pelaku pasar asing cenderung stagnan dan masih enggan masuk pasar menantikan laporan indikator ekonomi AS yang dikhawatirkan memberi angka menekan pertumbuhan ekonominya. Menurut dia, pelaku ragu-ragu membeli rupiah, mereka menunggu reaksi pasar global lebih lanjut, sehingga mata uang lokal itu melemah walaupun ada peluang untuk naik. BI sendiri menilai rupiah masih stabil karena masih pada kisaran antara Rp8.500 per dolar AS sampai Rp9.500, ucapnya. (*)
Copyright © ANTARA 2007