Jakarta (ANTARA News) - Calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Salahuddin Uno membeli rompi dari bahan kertas bekas saat berkunjung ke Perum Mutiara Ciluar Bogor, Jawa Barat, Kamis.

Pada acara pameran Usaha Mikro, Kec dan Menengah (UMKM7), Sandiaga mendatangi satu persatu stan produk yang ada di sana, dari busana, kuliner hingga rajutan.

Mantan wakil gubernur DKI ini tiba-tiba ditawari rompi ala Gatot Kaca. Tertarik, dia pun mengenakannya dan membeli rompi berwarna cokelat dari pedagang binaan Dianto yang bermotif lingkaran itu seharga Rp200 ribu.

"Ini rompi lawan angin. Rompi yang menepis hawa-hawa angin kampanye negatif dan rompi penolak kampanye yang memecah belah, ini rompi yang menyerap pesan positif, rompi mempersatukan. Saya akan pakai selama acara dan beli,” kata Sandiaga dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta.

Menurut Sandiaga, ada 99 persen pelaku UMKM adalah anak bangsa. Ini akan menjadi fokus pembangunan ekonomi ke depan.

Pada 2019 harus ada perubahan dalam kebijakan ekonomi yang berpihak kepada rakyat. Ekonomi yang menggerakkan roda perekonomian Indonesia.

"Lihat saja betapa bergairahnya para pelaku UMKM ini untuk maju. Namun mereka mengeluhkan permodalan, perijinan dan bahan baku yang mahal. Kita alan berpihak kepada mereka. 2019 adalah kebangkitan UMKM,” kata Sandiaga.

Selama dialog dengan para pelaku UMKM, dia terus menggunakan rompi penolak angin hingga acara usai. Saat berjalan menuju mobil untuk bergerak ke titik selanjutnya, Sandiaga melihat pengendara motor tidak menggunakan jaket.

Dia menghampiri si pemotor yang bernama Hidayat dan memberikan rompi tolak angin itu ke sang pengendara. Hidayat pun senang.

"Darimana Pak,” tanya Sandiaga.
“Dari pasar Pak,” jawab Hidayat.
“Gimana harga-harga?” tanya Sandiaga lagi.
“Mahal-mahal,” kata Hidayat sambil berterima kasih diberikan rompi tolak angin.

Baca juga: Sandiaga akan jadi pembeli pertama mobil Esemka
Baca juga: Komunitas alumni UI dukung Prabowo-Sandiaga
Baca juga: Survei: Jokowi-Ma'ruf unggul di Jawa, Prabowo-Sandi di Sumatera

Pewarta: Susylo Asmalyah
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2018