Sydney (ANTARA News) - Para pemimpin dari 20 anggota APEC berjanji mendukung penuh Indonesia selaku presiden Konferensi ke-13 Negara Pihak dari Konvensi Kerangka Kerja PBB mengenai Perubahan Iklim (Conference of Parties of the United Nations Framework Convention on Climate Change/UNFCCC) di Bali, 2-14 Desember 2007.
Penegasan para pemimpin Forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) itu terungkap dalam draf deklarasi mereka tentang perubahan iklim, keamanan energi, dan pembangunan yang bersih yang akan dikeluarkan yang diperoleh ANTARA News di Sydney, Sabtu.
Deklarasi itu sendiri baru secara resmi dikeluarkan para pemimpin APEC di hari terakhir pertemuan puncak ke-15 mereka yang berlangsung di Gedung Opera Sydney, Minggu.
Perdana Menteri Australia, John Howard, selaku tuan rumah pertemuan puncak yang dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono serta pemimpin dari 19 anggota ekonomi APEC lainnya itu mengatakan, mereka sepakat memasukkan isu perubahan iklim dalam "Deklarasi Sydney" yang aan menjadi konsensus internasional baru dalam menghadapi masalah pemanasan global.
Dalam drat Deklarasi Sydney itu, para pemimpin APEC mengatakan, sebagai bagian dari pihak-pihak yang terlibat dalam UNFCCC, maka mereka sepakat untuk bekerja "secara aktif dan konstruktif" menuju tercapainya pengaturan pasca tahun 2012.
"Kami setuju bekerja untuk mencapai sebuah pemahaman yang sama tentang tujuan pengurangan emisi-emisi global yang `aspirasional` jangka panjang untuk memberi jalan bagi tercapainya pengaturan internasional pasca 2012," kata para pemimpin APEC dalam rancangan deklarasi tersebut.
Mereka juga menghargai upaya-upaya Jepang dan Kanada dalam mengusulkan tujuan global jangka panjang, serta menyambut baik inisiatif AS memfasilitasi pertemuan anggota-anggota ekonomi utama untuk mencapai kesepakatan tentang "sumbangan rinci" terhadap pengaturan global pasca tahun 2012 di bawah kerangka kerja UNFCCC.
Para pemimpin APEC itu juga berjanji mendukung inisiatif Sekjen PBB Ban Ki-moon untuk membuat satu kegiatan tingkat tinggi tentang perubahan iklim, dan setuju bekerja sama baik di tingkat bilateral, regional, maupun global untuk mendukung terwujudnya pembangunan yang bersih dengan menjadikan "proses iklim PBB" forum multilateral yang tepat untuk perundingan-perundingan internasional tentang perubahan iklim.
Dalam deklarasinya itu, para pemimpin dari forum kerja sama yang dibentuk tahun 1989 itu pun menegaskan kembalil komitmen mereka untuk bersama seluruh komunitas internasional untuk mendorong tercapainya solusi global atas masalah perubahan iklim.
Tanpa adanya prasangka terhadap fora yang lain, para pemimpin APEC dalam deklarasinya juga memuat agenda aksi APEC yang menekankan pada pentingnya memperbaiki efisiensi energi melalui upaya mencapai tujuan "aspirasional kawasan APEC" untuk mengurangi intensitas energi hingga sedikitnya 25 pada tahun 2030.
Seterusnya berupaya mencapai tujuan aspirasional APEC untuk meningkatkan wilayah hutan di kawasan hingga sedikitnya 20 juta hektare hutan dari berbagai jenias tahun 2020.
Jika tujuan ini tercapai, maka hutan seluas itu akan "menyimpan sekitar 1,4 miliar ton karbon atau setara dengan sekitar 11 persen emisi global per tahunnya.
Para pemimpin APEC itu juga memutuskan pendirian apa yang disebut Jaringan Kerja Asia Pasifik untuk Teknologi Energi (APNet) guna memperkuat kerja sama di bidang riset energi, terutama tentang sumberdaya energi fosil dan yang dapat diperbaharui.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007