Yogyakarta (ANTARA News) - Munculnya banyak partai politik (parpol) baru menjelang pemilihan umum (pemilu) perlu disikapi dengan hati-hati oleh masyarakat yang berkeinginan untuk masuk menjadi kader atau sekedar mendukung parpol tersebut. "Pembentukan parpol baru seringkali menunjukkan indikasi adanya motif untuk `memperdagangkan` parpol baru yang masih kecil itu kepada parpol besar," kata Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Mahasiswa (KM) Universitas Gadjah Mada (UGM) Agung Budiono di Yogyakarta, Sabtu. Menurut Agung, parpol-parpol baru seringkali mengklaim bahwa partainya memiliki massa yang banyak, namun setelah diseleksi ternyata suara yang didapatkannya tidak layak untuk menjadi modal mengikuti pemilu. Kegagalan untuk bisa menembus sederet persyaratan itu membuat parpol baru mengambil jalan lain, yaitu dengan menawarkan massa di partainya kepada parpol-parpol besar yang berkesempatan ikut pemilu. Sehingga masyarakat yang ingin menjadi pendukung parpol-parpol baru tersebut perlu hati-hati dan mempelajari lebih dalam bagaimana visi dan siapa orang-orang yang menjadi penggerak parpol baru itu. "Masyarakat perlu untuk mengetahui bagaimana `track record` dari para pendiri dan penggerak partai tersebut, hal itu penting agar masyarakat tidak terjebak pada visi parpol yang pragmatis," katanya. Namun pada dasarnya kehadiran parpol baru, menurut Agung, merupakan hal yang positif sebagai tandingan bagi parpol yang memiliki hegemoni di dunia politik Indonesia. Menurut dia, jalur kepemimpinan nasional tidak hanya bisa dijalankan melalui parpol, namun ada juga jalur intelektual yang memiliki peran besar dalam perjalanan politik dan demokrasi di Indonesia. "Jalur intelektual yang ditempuh oleh para akademisi dan LSM juga berperan besar dalam penegakan demokrasi di Indonesia, masyarakat tidak harus masuk parpol kalau ingin berkecimpung dalam penegakan demokrasi," katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007